Pertanyaan diatas seakan menjadi penggalan kata yang tak pernah bosan di ucapkan, karena panjang dan penuh liku maknanya, sebab bagi mereka pengabdian adalah sebuah karunia dan amanat, namun tak dapat dipungkiri bahwa keadaan ekonomi di rumah membutuhkan uluran tenaga. Setidaknya itulah sedikit keluh kesah rekan kerjaku, dan masih banyak lagi suara-suara lain yang mungkin senada dengan kata-kata tersebut.
Dibagian lain, seorang rekan karibku yang engabdi menjadi pengajar, malahan jelas-jelas di perintahkan boyong oleh orang tuanya, dengan dalih mempersiapkan tatanan ekonomi jelang pernikahannya. Terang saja ia menjadi gundah gulana, sebab ia masih merasakan saat-saat bahagia bersama dengan anak didiknya yang baru 2 tahun ini ia berkumpul.
Berbagai cara di gunakan untuk mencari solusinya, mulai dari Istikhoroh, konsultasi dengan keluarga besar hingga sowan ke Masyayikh. Dan akhirnya ada yang berakhir sesuai dengan harapan, ada juga yang kudu memupuskan angan, karena mungkin harus meninggalkan pondok tercinta ini dan berpindah lokasi pengabdian dari pesantren sekarang langsung di masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar