Entah kenapa kala sukma tercekat senyum, semua seakan runtuh tak bermoral dan lebih hina ketimbang hewan.
Kala aku berdiri menghadapNya, rasa ngiku sekujur tubuhku kembali mendera. Mengingat dan mambayangkan adzab besar yang akan kaku sandang kala ku menghadapNya, dalam bisik lirihku, aku berujar, semoga kebodohan itu terjadi hanya sekali dalam hidupku dan tak pernah dan tak akan pernah terulang lagi.
Pengkhianat, duh gusti apakah ini gelaryang pantas hamba sandang, terlalu banyak tutur kata palsu yang hamba lontarkan, pantaskah hamba dihormati manakala setan masih bercokol disanubari, masihkah aku layak disebut santri jika tak mampu mengendalikan hawa nafsu.
Duh Gusti ingkang Murbo Maseso, hamba sepertinya tak mampu jika hidup dalam lumuran dosa, maka hentikanlah detak jantung hamba, agar tak lagi berbuat dosa, tutuplah mata hamba agar tak lagi melihat dengan lirikan nafsu, kumpulkanlah hamba dengan orang-orang yang selalu mendendangkan namamu hingga merasuk kerelung kalbu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar