Mengapa berat nian melupakan sakit itu.
Sakit tiada kira
melebihi hujaman panah beracun atau bahkan sayatan pedang nan tajam.
Kala malam
yang sepi menghampiri, rasa sesal mengapa aku bisa tersakiti kembali menyeruak,
mengapa bisa sebodoh itu aku tertipu dan mengapa bisa sesakit itu aku
tersakiti.
Entahlah...
Padahal hatiku telah ia bawa, sukmaku serasa mendampingi
hari-harinya, sungguh sebuah bentuk totalitas dalam menghamba terhadap wanita
harapan jiwa.
Namun, sekali lagi setelah dua kali ia ingkari janji yang
telah terpatri, ia kembali ingkari janji-janji indahnya, janji ia akan menjaga
hatiku, janji untuk mencintaiku dan menjaga cintaku, janji untuk setia kepadaku
dan menjaga kesetiaanku, dan entah berapa janji busuk yang hanya menjadi
penghias semata.
Tak terbayang sakitnya, kala aku terlelap dalam malamku, ia
justru mengumbar kata-kata dengan mesra tanpa faedah dan tanpa jemu, padahal aku mengira ia
sedang belajar dengan tekun.
Tak terkira perihnya, kala aku tersibukkan dengan pengabdian
kepada sang ilmu, ia malah bercanda mesra dengan entah berapa Arjuna, bahkan
terkadang bertatap muka, sungguh aku tak menyangka, padahal aku kira ia sedang
berdiskusi tentang pola pendidikan yang ideal bagi santri.
Tak kusangka akan begini pedihnya rasa hatiku, kala aku tau,
dia bersenda gurau berdua, digelapnya dan dinginnya malam diantah berantah
pinggiran kota Pahlawan. Atau disaat berdua manja bersepeda di ramainya jalanan kota
Pendidikan saat malam takbiran, atau bahkan berpandangan mesra di sudut ruang hening
khusus mahram di pesantren Terkemuka, dan entah apa lagi yang tak aku ketahui,
Padahal aku kira... Dengan santun ia temani abi dan umi' mendidik santri-santri
lugu dengan penuh keikhlasan. Ternyata aku salah.
Sedari awal, aku sudah mempersilahkan dengan jujur, agar
berkata yang sebenarnya, namun mengapa dengan cara keji ini dia menutup hatiku.
Jika memang dia ingin hengkang dari hatiku, baik... Sejak aku tahu kau ingkari
cintaku, sejak saat itu pula, namamu terhapus di hati, pikiran, mata, batin
bahkan khayalanku... Pergilah, dan jangan pernah kau kembali lagi, bahkan hanya untuk sekedar berkata...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar