Masih terngiang jelas bagaimana ia berucap kata dengan
manja, masih teringat jelas senyum indahnya tersungging di bibirnya. Namun kala
memori ini terbongkar kembali kala ia bersanding berdua dengan perjaka lain,
rasa sakit mengiris hati kembali menyeruak, betapa perih seluruh bagian tubuh
ini, tertipu dan tersakiti untuk kesekian kalinya.
Namun sedikit demi sedikit, langkah gamang dan terhuyung
ini, lambat laun mulai tegak kembali. Pudarnya harapan hidup yang sempat
menghantuiku, kini kembali menyala... Meski tak sebesar obor pelita, namun
tekat hatiku semakin mantap untuk meninggalkan semua memori kelam dan
menyakitkan itu. Ibarat dunia medis, jika ingin sembuh dari sebuah penyakit,
maka jauhi larangan dan pantangannya, niscaya kesehatan akan selalu kita raih,
namun jika sebaliknya, bersiaplah untuk menerima kenyataan rasa sakit tak
berkesudahan.
Syukurlah, meski dengan tertatih dan terseok-seok tak jelas
arah, aku temukan kembali jati diriku sebenarnya, siapa aku, dari mana aku
dimana aku dan akan kemana aku... Alhamdulillah, aku dikelilingi lingkungan
yang hangat dan penuh persahabatan, sehingga memori kelam itu seakan
benar-benar tenggelam dalam keceriaan anak-anak disekolahan, rasa sakitku
seakan terobati dengan berjubelnya pekerjaan yang mensibukkan dan terkadang
mensibukkan.
Satu hal yang membuatku benar-benar kembali adalah,
peningkatan Kwalitas dalam beribadah, Syukur Alhamdulillah, meski tak
sesempurna orang yang sholih, kini aku lalui hari-hari dengan melakukan
ibadah-ibadah sunah. Sungguh ritual menentramkan, yang justru jarang aku kerjakan,
dikala ada di pesantren. Semoga ini adalah awal yang idah dan berakhir dengan
Indah juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar