Lelah aku bertahan |
Kembali, mata ini berkaca-kaca
seakan linangan air akan membasahi pipi kusutku, deru deram hatiku seakan
semakin membuncah kelam, nafasku yang seakan makin renta tak mampu lagi
berkejaran dengan alam.
Ya… batin dan pikiranku semakin
tak menentu…
Kesendirian yang selama ini
menyiksaku semakin membuat aku tersakiti, batin lirih ini seakan terus meronta,
hingga kapan aku akan menerima cercaan dan sindiran menyakitkan ini.
Ternyata alumnus sebuah institusi
besar dan agung pun bukan menjamin akan mudah mendapatkan pendamping hidup,
tenyata keluarga yang menurut mereka harmonis dan terpandang bukanlah jaminan
mudah untuk mmendapatkan istri yang benar-benar sholihah. Terlalu panjang dan
beriku tahapan yang harus dilalui.
Harus meminta restu kebeberapa
pintu, harus mendapatkan signal yang terangg dari langit hingga melakukan survey
materi yang berlimpah. Shubhanallah… berat nian jalan yang harus aku tempuh,
sedangkan badanku sudah terhuyung sempoyongan, tak lagi mampu menahan beban
penderitaan ini.
Seakan bertubi tahapan yang harus
kulalui, sekarang bertambah lagi beban yang harus ku tempuh… terlalu sakit jika
aku tuang dalam tulisan ini, namun semoga dengan tulisan sederhana ini akan
mengurangi beban yang kudu aku sandang, agar tak hany menjadi penghalang namun
segera aku temukan titik pencerahan dalam kehiduanku ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar