Entahlah berapa lama tak kusinggahi diaryku ini, entah
berapa lama aku tak curahkan suara hatiku ini, kesibukan yang menyita waktu
hampir merampas semua kemesraanku dengan olah kata wakil jerit jiwa. Sekarang
disaat titik balik manusia terhempas dalam kubangan jenuh, Gusti Allah
memberikan anugerah kesegaran Ramadhan, sehingga aku bisa sejenak rehat dari
kekang belenggu dunia.
Huft... Terlalu banyak yang akan aku tuangkan dalam curhat
ini, Pertama... Karirku di sekolahan cepat sekali bergeser, dari seorang TU
yang harus dengan setia menghadap layar monitor atau kertas bertumpuk, kini aku
harus berhadapan murid di kelas... Sungguh tak aku sangka secepat itu proses
berjalan, baru saja aku temukan nyawa sebenarnya sebagai punggawa administrasi,
namun harus segera berganti lahan pengabdian. Entah ada makna apa ddibalik ini
semua, musibah ataukah berkah... Yang jelas ada sorot mata sinis membenci,
binar bahagia bahkan sendu berkaca-kaca. Sebenarnya berjuta harapan bertaruh di
pundakku, namun apa daya inilah garis hidupku, Show must go on... Di wahana
baruku aku harus berhadapan dengan siswa berbagai macam karakter, ujian dan
tantangan datang silih berganti, kadang emosiku membuncah dan kadang tawaku
membahana mengisi ruang kelas. Semoga ini semua membawa makna indah dalam
hidupku, hingga aku temukan bendera perjuangan yang sebenarnya, melestarikan
Islam.
Karirku dimasyarakat, Syukur Alhamdulillah terhaturkan
kepada Gusti Allah, pengabdianku di Masyarakat mulai di terima, ide dan gaya tugasku
diterima dengan baik, bahkan diapresiasi. Mulai dari Ajang pemilihan kepala
Desa hingga acara kegiatan Desa, aku coba bantu semampuku, apalagi sekarang
dengan pemimpin baru, semua ekspresi dan ideku untuk memajukan desa terakomodir
dengan baik, berkah lain yang aku rasakan akibat "srawung" lapisan
masyarakat birokasi, koneksi dan informasi jadi semakin luas, bahkan bukan
hanya lapisan tertentu saja, hingga golongan terekstrim pun aku mulai mengenal,
namun sayang, imbas negatifnya adalah segala info yang harusnya ta aku dengar,
secara gamblang malah dengan seksama aku simak dan aku amati. hemmm dinamika
kehidupan yang unik sekaligus menarik di cermati.
Bagian selanjutnya. Adaptasiku dengan lingkungan, sedikit
demi sedikit mulai ada peningkatan, wahana sederhana yang bernama jamaah
tahlilan, kini menjadi agenda rutinku tiap kamis sore, meski kegiatan ini
sederhana dan hanya sebagai ajang "dungo bareng" namun efek dashyat
yang dihasilkan sungguh luar biasa, aku seakan menyatu dengan mereka, sapaan
hangat dan petuah sederhana menjadi siraman segar bagiku. Karena dengan begitu,
aku faham kudu bagaimana, harus melangkah kemana, meski terkadang ada cibiran
sinis yang mengemuka, namun bagiku inilah koreksi.
Asmara... Aaah terlalu tabu di tuangkan dalam tulisan ini,
wis poko'e ternyata aku masih terjebak dalam buaian manja itu. Bingung kudu
piye iki...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar