Maraknya kegitan demo-demo beberapa tahun terakhir menyiratkan betapa banyak masyarakat yang merasa dirinya terdzolimi, sehingga mereka dengan lantang menyuarakan Hak dan harga dirinya yang tertindas atau mungkin juga mungkin mereka memprotes karena figur yang didukungnya kandas dalam pemilihan Daerah. Salah satu bentuk demo yang lumayan marak adalah demo penuntasan kasus Korupsi, sepertinya demo semacam ini sudah menjadi sebuah ikon demorasi di daerah-daerah, disatu sisi menunjukkan kritisnya masyakat akan keadilan dan ini harus kita apresiasikan, namun disatu sisi yang lain demo hanyalah sebuah wahana unjuk diri dan preasure (tekanan) terhadap lawan politik. Namun tulisan ini tidak mau berpolimik panjang tentang jenis dan kategori demo dimasyarakat, akan tetapi tulisan ini justru ingin mempertanyakan diri kita sendiri, apakah kita benar-benar terbebas dari korupsi.
Sering kali dalam setiap jenis kegiatan, kita dihadapkan dengan berbagai tahapan yang berbelit dan panjang, kita sering dibuat jenuh olehnya karena selain membutuhkan waktu yang lama hal tersebut juga menyita konsentrasi. Sehingga tak urung membuat kita mencoba melawati jalan pintas yang lebih simple dan lebih cepat.
Contohnya adalah pengurusan identitas di kelurahan, seringkali kita jumpai tahapan yang menjemukan seperti kurangnya tanda tangan dari pak RT-lah, Foto copy Kartu Keluarga yang kuranglah, hingga pembayaran yang tak sesuai dengan tarif, semuanya seperti berantai untuk menghambat pengurusan.
Disinilah letak strategis pikiran kotor kita mulai bermain, dari pada membuang waktu percuma lebih baik mengeluarkan beberapa lembar puluhan ribu, asalkan tanda pengenal bisa cepat jadi, dan kita bisa melenggang dengan tenang tanpa memikirkan efek yang akan ditimbulkannya kelak dikemudian hari. Yang membuat miris ternyata, inisiatif tersebut bukan datang dari konsumen tetapi malah langsung dari Produsen. Klop itulah ungkapan yang pantas disematkan sehingga mini korupsi menjadi semakin terorganisir.
Itu hanya sebagian kecil dari aktifitas korupsi kita, belum lagi dalam hal pengurusan pendidikan, makanan, hunian dan lain sebagianya, sepertinya korupsi sudah menjadi bagian yang tak kita sadari namun menyatu dalam kehidupan kita. Lantas apakah masih pantas kita dikatakan sebagai anti korupsi dan menghujat orang lain, padahal terkadang untuk melaksanakan demo itu saja kita dibayar agar mau untuk demo anti korupsi, lantas apa makna yang terkandung dalam teriakan-teriakan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar