Entah untuk keberapa kalinya, aku terjerembab dalam
kenistaan, jauh dan hampir terpasung dalam penjara dosa. Kelemahanku seolah
terlibas oleh pancaran pesonanya, rintihan desah sesalku seakan musnah perlahan
tertutupi manjanya. Aku tak berdaya, aku tak kuasa dan bahkan aku tak mampu
menghindar, sukmaku seakan terjerat dengan kuat.
Berulang kali, dengan rintihan lirih dan linangan air mata,
aku mengadu kepada Nya, kenapa jalan hidupku penuh dengan kepalsuan dan tabir
kebohongan, dengan tekat kuat aku berjanji dengan sepenuh hati, semua nista
yang memenuhi rongga dada ini, harus aku akhiri, ya... Benar-benar harus
berakhir.
Namun disaat lengah, bisik mesra nan menggoda itu kembali
hadir, ia bagai oase di padang tandus berpasir, menyegarkan bilik jiwa yang
gersang penuh gelora, ia mampu mempermainkan nalar khayalku, hingga aku pun tak
mampu mengenali diriku sendiri, orang lain, bahkan yang ironi... Aku tak kenal
lagi dengan Nya.
Dan... Akhirnya, dengan kepala tertunduk, mata terpejam dan
mulut terbungkam. Aku susuri lagi jalanan terjal berliku itu, aku seakan tak
mampu dan tak punya daya, untuk sekedar hengkang dari pesonanya, walau sekejap
mata, kemanapun angin berhembus, ia hadir menghantuiku dan meneror dengan
kejam.
Kini, meskipun dengan diiringi rasa takut adzab yang teramat
sangat, aku susun kembali serpihan bait-bait taubatan nasuha, berharap dengan
sejuta asa, Gusti Allah kerso menerima tobat dari seorang yang munafik ini, dan
meminta dengan segala kerendahan diri manusia, Gusti Allah menghindarkan aku
dari jerat kepalsuan yang selama ini hinggap di kalbuku. Semoga Gusti Allah
membuka pintu hati yang hampir usang ini, sehingga hanya cinta suci pada Nya,
yang akan menjadi bait-bait indah sebagai ungkapan Cinta sejati antara mahluq
dan sang pencipta.
Tangis penyesalan, di bulan february
Tidak ada komentar:
Posting Komentar