Masih
saja perasaan itu terjadi, bayang-bayang memilukan tentang siapa aku, dari mana
aku dan akan kemana aku. batin ini masih saja bergolak dan berteriak, sudahi
sandiwara ini, terlalu jauh engkau memainkan lakon drama, terlalu dalam engkau
menghayati peran.
Hemm...
keterlaluan rupanya aku ini, hingga insan-insan yang bergelimang dengan
keilmuanpun menghurmat sopan kepadaku, menunduk takdzim kepadaku, padahal aku
tak lebih dari seekor monyet busuk penyebar kebohongan dan keangkuhan.
Dengan
tangisan yang menderu dalam kalbuku, aku berteriak lantang, Ya Allah ampunilah
hambaMu ini. Tak sanggup lagi aku berjalan dengan keangkuhan. Izinkan aku
rengkuh kenikmatan sesungguhnya, dengan memadu kasih antara Engkau dan hamba.
Izinkan
hamba untuk mereguk cinta tulusmu, tanpa berpangku tangan, tanpa pembusukan dan
tanpa halangan, hamba ingin menjadi yang sesungguhnya untuk bisa benar-benar
dekat dengaMu. Hamba tak mau lagi berbohong, terlalu banyak kekosongan yang
tercipta dari lisan hamba, terlalu nista hamba untuk lagi menatap wajah-wajah
lugu, polos dan beriman itu.
Ya
Allah...
Kulo
estu sanget kulo kepingin saget dados santri ingkang mangertos ugi ngelampahi
sedoyo perintah lan nebihi laranganipun panjenengan, ampun malih kulo dipun
dadosaken tiyang ingkang mameraken apik'ipun kimawon ning sejatinipun kosong
melompong tebih... Tebiiih sanget saking panjenengan gusti.
Salimna...
(kamar
J.19 pukul 02.30 pagi, usai mencari jati diri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar