Terik sinar sang mentari, begitu terasa panas dikota Kediri
ini, kulit terasa terbakar kepanasan. Hal ini juga terasa di kantorku yang
kecil namun bersejarah ini, panasnya mentari bercampur dinginnya angin kencang
yang berhembus membuat badan ta keruan. Assalamualaikum, sebuah suara yang
serak parau terdengar dari balik pintu kantor, lantas muncullah seorang wanita
baya dengan baju lusuh, berjilbab usang dan wajah penuh dengan keringat. Usai aku
persilahkan duduk segera aku sodorkan beberapa pertanyaan basa basi kepadanya.
Setelah beberapa saat mengobrol, dia mulai menjelaskan
maksud dan tujuan ia singgah di Pesantren Lirboyo ini. Tujuannya hanya
sederhana, ia ingin meminta tolong, manakala pengurus Pondok menemukan seorang
pemuda yang berwajah sesuai dengan foto yang ia bawa, ia memohon sudilah
kiranya memberi kabar kepada dirinya, dengan runtut dan jelas ia menceritakan
kelainan yang diderita putranya. Semenjak remaja putra yang ia cintai itu
menderita gangguan jiwa sehingga sering keluar rumah tanpa izin, bahkan 2 tahun
belakangan ia tidak pernah pulang kerumah sama sekali, entah ada dimana
Usai menceritakan ihwal anaknya, tiba-tiba ibu renta ini
menitikkan air mata di depanku, mengisahkan betapa gundah dan gulana hatinya
memikirkan putra yang ia sayangi, “Senajan
putro kulo meniko edan, nangin manah kulo tasik rumaos sayang dateng lare niku,
keranten putro kandung kulo tiambak…”, bergetar hatiku mendengar tutur kata
ibu renta ini, meskipun secara materi tak ada yang dapat ia harapkan dari seorang
anak yang gila tersebut, namun kasih sayangnya tidak berhenti begitu saja. Berjuta-juta
dana telah ia keluarkan dan berkilo-kilo jarak yang telah ia tempuh demi mencari
keberadaan putranya tersebut.
Ya Allah terima kasih telah engkau bukakan mata ini, dengan
menunjukkan betapa dahsyatnya kasih sayang seorang Ibu terhadap anaknya, Ternyata
kasih ibu benar-benar sepanjang masa.
Lirboyo 02 Oktober 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar