(Sebuah catatan tu' sahabat baruku)
Wajahnya kusut dan layu, tiada sedikitpun senyum yang
mengembang diwajah manisnya. Matanya memerah pucat, mengisyaratkan banyak
tetesan airmata yang meleleh di kelopak matanya. Gerakannya lambat tiada arti,
seakan tiada ada gairah sedikitpun dalam hidupnya yang hambar. Tutur katanya
sedikit, lisannya lebih banyak tertutup ketimbang berucap kata tiada guna.
Himpitan beban luar biasa dalam rongga hatinya, telah
mengoyak hampir seisi batin, fikiranpun tak kalah tersiksanya, gemeretak dendam
dan cinta berpadu menjadi satu irama kehidupan. Ya... Lara hati tiada tara kini
sedang hinggap di sanubarinya, sosok yang telah merenggut hatinya, fikirannya
sekaligus jiwanya, telah hengkang dengan kejam.
Lama ia tertegun dalam diam, seakan tak percaya dengan
kenyataan yang hadir dalam hidupnya, ia berguman sepi "kejam nian engkau
kanda..." berulang-ulang kata tanpa nada tersebut ia ucapkan tanpa bosan.
Entah berapa detik ia habiskan hanya untuk melamun dan mengingat kembali memori
indah itu, saat penuh buaian, sanjungan dan kerinduan, ia benar-benar terlena
hingga nyaris nafas pun ia lantunkan namanya.
Begitu dalam lelaki itu mengakar dalam batinnya, sehingga
tak ada satupun banyangan lain yang mempunyai tempat sejengkalpun untuk
menghalau sorot cintanya, padahal tidak hanya satu ataupun dua hati, yang
mencoba menawarkan kerinduan. Namun dengan kukuh dan halus ia tepis semuanya,
dengan lirih ia berujar "maaf sobat, hatiku sudah terukir namanya...".
akhirnya banyak arjuna yang kecewa dan mengaku kalah kepada lelaki beruntung
yang telah mendapatkan wanita setia seperti dirinya.
Kembali, matanya memerah redup, berkaca-kaca seakan hendak
menumpahkan air mata kedukaan. Namun ternyata air matanya telah mengering dan
tak kuasa menahan duka. Sebagai mahluq lemah yang hanya berasal dari tulang
rusuk, kenyataan ini jelas-jelas membuatnya amat terpuruk, tak mampu ia pendam
sakit ini.
Untunglah, dia punya sahabat-sahabat yang Penuh setia
mendampinginya, menghibur lara, dan mencoba mengalihkan kedukaannya. sehingga
kedukaan yang telah membuatnya amat terpuruk, perlahan mulai hilang. lambat
laut senyumnya yang nyaris musnah, kembali hadir, meski sesekali dengan muka
musam dan pucat, memori kelam itu menghatui dirinya.
Hemm... Kekuatan dahsyat cinta, yang tak akan mampu di
guratkan dalam tinta kehidupan, tiba-tiba tumbang di tengah-tengah persimpangan
jalan. " Kenapa... Kenapa dan mengapa musti aku yang terlunta...? Jawaaab..." kembali pertanyaan-pertanyaan konyol itu
menari di sanubarinya....
Bilik kesunyian,
06/03/2012
01.15 Wis
"camkam itu
sobat, cinta wanita sangatlah dahsyat, maka rawatlah dengan kuat..."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar