SELAMAT DATANG

Assalamu'alaikum Warahmatullohi Wabarakatuh

Selamat datang para pengelana dunia maya.
Selamat datang diduniaku, dunia sederhana yang dipenuhi dengan kebebasan dalam berekspresi,
namun tetap mengedepankan Ahlaqul karimah,
tanpa takut oleh tekanan dari manapun, dan jauh dari diskrimininasi budaya, hukum, martabat, derajat dan pangkat.

Ini adalah suara murni hatiku,
yang terangkai dalam dalam bentuk kata-kata,
entah jelek entah bagus, namun inilah aku yang jujur dalam berfikir dan berkata.

Moga ada guna dan manfaatnya

Amin Amin Ya Robbal Alamin

Jumat, 25 Februari 2011

MARI BERSYUKUR ATAS HIDUP KITA


Nafas ini terhela panjang kala mataku memandang sekelompok hunian manusia di pinggiran rel kota Jakarta, bisa dibayangkan… hanya dengan berdindingkan triplek dan beratap terpal, orang orang ini melewati hari-harinya, luasnya tak lebih bagi 2 orang yang tiduran, tak akan muat untuk berdiri, lebih mirip dikatakan sebagai rumah ayam ketimbang hunian manusia sungguh trenyuh aku memandang ternyata dibalik anggunnya bangunan pencakar langit yang megah tersimpan sebuah ironi yang memilukan, saudara-saudara kita hidup dalam keadaan yang jauh dari kata layak.

Sejenak mari renungkan, betapa beruntung kita hidup dalam keadaan seperti ini, makan tak pernah kurang, kesehatan selalu prima, baju masih bagus, semua apalagi rumah.. bagus dan sangat layak sekali. Cobalah melihat mereka yang keadaannya jauh dibawah kita, sungguh-sungguh kita adalah orang yang sangat beruntung memiliki semua, oleh karenanya tak salah bila Kanjeng Nabi berulang kali mengajarkan kepada kita agar senantiasa melakukan Syukur atas semua hal yang pernah kita terima dan rasakan. Ada banyak cara yang dapat kita gunakan untuk melakukan syukur atas kenikmatan yang kita rasakan, namun yang paling sederhana adalah dengan menyanjung kebesaranNya.

Selain bersyukur dengan ungkapan, ada banyak cara dapat dikategorikan sebagai rasa syukur, salah satunya adalah dengan Instropeksi diri, mengevaluasi diri sendiri… sampai dimana diri kita melangkah, sudah sesuai dengan tatanan dan syariatkah ataukah malah sebaliknya. Disinilah Gusti Allah menunjukkan betapa bijaksananya Dia, karena dibalik segala hal yang kita terima dan kita rasakan, Gusti Allah menunjukkan kekayaan yang ada pada kita, namun sayangnya kadang kita tidak menyadarinya, namun malah mengkufurinya dengan ingkar atas jalan yang menjadi syariaatnya dan malah justru melanggar larangannya(naudzubillah min dzalik)

Mulai detik ini, mari kita tata hati, niat dan langkah kita. Agar tak menjadi sia-sia dan kosong belaka, perbanyak-banyaklah bersyukur, dengan selalu menyanjung namanya, berbagi dengan sesama dan merenung tentang kebesarannya.

Jakarta 25,02,11

Senin, 21 Februari 2011

KEJAMNYA AKU

Hari-hari ini aku dipenuhi peluh desah penyesalan, betapa kejam aku, betapa bodoh aku dan betapa sembrono aku. Sudah tahu jika itu adalah dosa besar, masih tetap saja aku lakukan. Kini hanya penyesalan dalam bingkai istighfar yang dapat aku nyanyikan setiap detik. Ya Allah mengapa begitu ceroboh aku melakukannya….

Ibu maafkan anakmu yang tak tahu terima kasih ini, maafkan aku… ngapunten ibu..

Andaikan saja dengan jiwa ini bias menuntaskan kesalahanku, ananda rela melepaskannya dengan ikhlas, asal ibu berkenan tersenyum memaafkan. Agar kedepan kehidupan ananda menjadi sempurna dengan Do’a ridlomu.

Semoga penyesalan ini menjadi titik awal perubahan kepada masa yang lebih baik, tanpa tersandung cela yang berlebih dan rasa sakit yang terlalu. amin

Jumat, 04 Februari 2011

BENARKAH KITA TIDAK KORUPSI

Maraknya kegitan demo-demo beberapa tahun terakhir menyiratkan betapa banyak masyarakat yang merasa dirinya terdzolimi, sehingga mereka dengan lantang menyuarakan Hak dan harga dirinya yang tertindas atau mungkin juga mungkin mereka memprotes karena figur yang didukungnya kandas dalam pemilihan Daerah. Salah satu bentuk demo yang lumayan marak adalah demo penuntasan kasus Korupsi, sepertinya demo semacam ini sudah menjadi sebuah ikon demorasi di daerah-daerah, disatu sisi menunjukkan kritisnya masyakat akan keadilan dan ini harus kita apresiasikan, namun disatu sisi yang lain demo hanyalah sebuah wahana unjuk diri dan preasure (tekanan) terhadap lawan politik. Namun tulisan ini tidak mau berpolimik panjang tentang jenis dan kategori demo dimasyarakat, akan tetapi tulisan ini justru ingin mempertanyakan diri kita sendiri, apakah kita benar-benar terbebas dari korupsi.

Sering kali dalam setiap jenis kegiatan, kita dihadapkan dengan berbagai tahapan yang berbelit dan panjang, kita sering dibuat jenuh olehnya karena selain membutuhkan waktu yang lama hal tersebut juga menyita konsentrasi. Sehingga tak urung membuat kita mencoba melawati jalan pintas yang lebih simple dan lebih cepat.

Contohnya adalah pengurusan identitas di kelurahan, seringkali kita jumpai tahapan yang menjemukan seperti kurangnya tanda tangan dari pak RT-lah, Foto copy Kartu Keluarga yang kuranglah, hingga pembayaran yang tak sesuai dengan tarif, semuanya seperti berantai untuk menghambat pengurusan.

Disinilah letak strategis pikiran kotor kita mulai bermain, dari pada membuang waktu percuma lebih baik mengeluarkan beberapa lembar puluhan ribu, asalkan tanda pengenal bisa cepat jadi, dan kita bisa melenggang dengan tenang tanpa memikirkan efek yang akan ditimbulkannya kelak dikemudian hari. Yang membuat miris ternyata, inisiatif tersebut bukan datang dari konsumen tetapi malah langsung dari Produsen. Klop itulah ungkapan yang pantas disematkan sehingga mini korupsi menjadi semakin terorganisir.

Itu hanya sebagian kecil dari aktifitas korupsi kita, belum lagi dalam hal pengurusan pendidikan, makanan, hunian dan lain sebagianya, sepertinya korupsi sudah menjadi bagian yang tak kita sadari namun menyatu dalam kehidupan kita. Lantas apakah masih pantas kita dikatakan sebagai anti korupsi dan menghujat orang lain, padahal terkadang untuk melaksanakan demo itu saja kita dibayar agar mau untuk demo anti korupsi, lantas apa makna yang terkandung dalam teriakan-teriakan kita.