SELAMAT DATANG

Assalamu'alaikum Warahmatullohi Wabarakatuh

Selamat datang para pengelana dunia maya.
Selamat datang diduniaku, dunia sederhana yang dipenuhi dengan kebebasan dalam berekspresi,
namun tetap mengedepankan Ahlaqul karimah,
tanpa takut oleh tekanan dari manapun, dan jauh dari diskrimininasi budaya, hukum, martabat, derajat dan pangkat.

Ini adalah suara murni hatiku,
yang terangkai dalam dalam bentuk kata-kata,
entah jelek entah bagus, namun inilah aku yang jujur dalam berfikir dan berkata.

Moga ada guna dan manfaatnya

Amin Amin Ya Robbal Alamin

Rabu, 29 Februari 2012

MENGAPA KITA SELALU KALAH

Entah apa yang terbersit dalam benak ini, hingga tiba-tiba berkeinginan mengangkat judul tulisan seperti diatas, sebuah judul yang ga jelas tema dan tujuannya. Namun jujur saja, yang jelas aku ingin mengkritisi sifat kerdil kita yang acap kali menjadi fatamorgana dan hanya memberikan buaian-buaian kenikmatan sesaat.

Berbicara tentang pribadi, sudah barang tentu kita akan merasa menjadi figur yang Terbaik bahkan bisa dikatakan nyaris sempurna, bila dibandingkan dengan orang-orang yang ada disekitar kita. Apalagi egoisme yang berlebih, pasti akan menimbulkan rasa kepercayaan diri yang keterlaluan, selain itu, sifat congkak dan sombong semakin bercokol dalam-dalam.

Padahal itu semua merupakan efek negatif dari kemajuan diri yang hanya sejengkal saja dari semua perjalanan, padahal dengan mengumbar kesombongan, maka yang ada malah kemunduran berlangkah-langkah, sehingga bukan pretasi yang bakal kita raih, tapi justru kekalahan yang memalukan.

Tidak tidak sadar, ternyata selama ini musuh kita, baik yang nyata maupun yang tak terlihat mata, merongrong kita dengan memberikan buaian-buaian merayu. mereka memuji kita dengan menceritakan kebaikan-kebaikan kita, menceritakan keunggulan-keunggulan kita, padahal, itu semua merupakan pembodohan. Dengan sengaja mereka meraih simpati, namun kala sumpati dah ditangan, mereka akan menghancurkan kita secara perlahan namun pasti.

Sebetulnya manakala sebuah sifat angkuh ditinjau dari segi psikologis manusia, merupakan sebuah hal yang sangt wajar, sebab itu merupakan bagian dari sebuah sifat dibawah kendali emosi, sehingga manakala seseorang mempunyai besar hati dan sombong diri bisa dikatakan sangat manusia sekali. Namun hal tersebut tidak bisa dijadikan alasan yang logis, karena hakikatnya semua manusia sama saja, yang menjadi pembeda adalah sifat ahlaqul karimah, sehingga manakala seorang bersifat emosi maka harus dibarengi dengan tindakan nyata dan benar-benar untuk kemaslahatan umat islam di Seluruh penjuru negeri

MENIKMATI KEMESRAAN DI SEPERTIGA MALAM

Syahdu, tenang dan damai. Itulah gambaran hati kala melakukan munajat di sepertiga akhir malam, ya... Ternyata apa yang selama ini di ungkapkan para Auliya dan ulama terdahulu, tentang keutamaan sholat malam, ternyata bukanlah sebuah isapan jempol semata. Aku mencoba merasakannya meski tertatih dan kadang-kadang disertai rasa kantuk yang luar biasa, ternyata kedamaian itu nyata dan benar adanya.

Hening dan tenang batin ini kala berdiri sesaat, melantunkan niat sholat tahiyyatal masjid, perlahan gerakan-gerakan indah tuntunan Nabi aku laksanakan, badan mulai stabil suhunya setelah beberapa saat menggigil karena dinginnya malam dan atisnya air wudlu. Hingga salam terucap dada yang semula berdetak penuh beban perlahan surut berganti tenang

Aku berdiri lagi mengangkat kedua tangan seraya melafadzkan takbir, lama rupanya takbirku kali ini, karena aku coba gabungkan snkronisasi antara gerak mulud dan desah lirih niat dalam hati, saat inilah puncak ketenangan mulai aku rasakan, benar-benar serasa sendiri, kecil dan merasa tak berdaya dihadapan Gusti Allah SWT. Dengan perlahan aku nikmati kemesraan indah ini, hingga tak sadar nalar khayalku terkadang menerobos ruang dan waktu mengingat betapa tak terhingga dosa yang telah terbuat. Tak terasa mata ini berkaca-kaca dan muludku bergetar lirih, astaghfirulloh.... Ya Allah dekaplah hamba, jauhkan dari maksiat lagi.

Usai tiga salaman aku nikmati keheningan waktu dalam shalat tahajud, giliran sholat hajat yang harus di tuntaskan. Usai membaca fatihah yang aku buat sehening mungkin, giliran membaca surah wal ashar yang aku ulang hingga tiga kali dan lirih, kembali nalar otakku berjalan menembus hati, otak dan mulutku, disela-sela bacaan surah wal ashr, batin terdalamku berujar penuh harap, nyaris Mengemis memohon diselamatkan hidup ini, dari segala kerusakan dan kehinaan.

Setelah bermesraan dengan kenikmatan sholat-sholat shunah, sekarang waktu bergeser untuk nikmati detik-detik penuh puja dan puji melalui wirid menyebut asma Nya. Resep pertama yang aku lakukan adalah sujud taubah disertai dengan melantunkan kalimah istigfar Berulang kali, hingga ta terasa pipi kembali basah oleh air mata penyesalan, atas kesalahan tyang tercipta. Usai istighfar, wirid dilanjutkan dengan pembacaan kalimah tahlil, sholawat Nabi dan beberapa kalimah asmaul husna hingga tasbih berputar 180'. Usai wirid saatnya aku pungkasi wirid-wirid penentram jiwa ini dengan menengadahkan tangan memohon ampun, memohon petunjuk dan memohon belas kasihan Gusti Allah, agar hidup ini menjadi benar-benar bermakna tanpa cela, di akhir do'a yang terpanjat, aku selipkan permohonan agar terbuka tabir kehidupan, sehingga segera aku temukan sosok hawa yang akan menemaniku beribadah, untuk besok lusa hingga suatu saat nanti tak terbatas, kala mata ini tak lagi
berkedip. Insan Sholihah dan Amanah, cantik juga cerdik, anggun tapi santun, bersahaja namun tetap bergaya. Semoga terkabulkan Amiiiieeeeeeennnn.

Minggu, 26 Februari 2012

BERAKHIR SUDAH CERITA CINTAKU

Setelah sekian lama aku terlena dalam indah dan nikmatnya alunan cinta.
Setelah beberapa purnama aku bercengkerama dalam gelora asmara.
Setelah beberapa saat aku terpaku dalam kata-kata rindu.
Setelah banyak airmata yang terkuras menahan derita.

Kini...
Waktu yang aku takutkan, akhirnya  datang juga.
Detik-detik menentukan itu t'lah hadir didepanku.

Adikku...
Aku yakin engkau masih percaya, hanya namamu yang terukir indah dalam sanubariku...
Dan Aku pun percaya engkau masih menyimpan dalam-dalam bayangku dalam hatimu...

Tapi...
Buat apa semua itu, jika toh nantinya kita tak menyatu...
Untuk apa itu terjadi, manakala kita ta' jujur dengan realita yang ada.
Beban penghalang yang ada terlalu dalam,
jurang yang terpampang terlalu curam,
badai yang menerjang terlalu besar...

Maaf...
Entah berapa kali kata maaf aku utarakan padamu, tapi tak akan juga sanggup menutupi dan mengurangi rasa sakitmu.
Namun entah dulu, sekarang ataukah suatu saat nanti, ini pasti terjadi...
Dan harus kita hadapi apa yang sedang terjadi...

Kita musti akhiri wahai adikku...
Tak mungkin kita hidup dalam keterasingan
Mustahil rasanya kita melangkah tanpa restunya...

Maaf aku tak sanggup lagi dan maaf kakak musti berhenti disini, nafas kakak terengah-engah kelelahan, peluh dan air mata seakan mnyatu tiada beda... Kakak mohon, lanjutkan pelarianmu mengejar kebahagiaan yang sebenarnya, tanpa harus ada aku yang memandu, aku yakin adik pasti mendapatkan pelita yang lebih indah dan lebih sejati, daripada rona air mata kepalsuan milikku...

Dengan segala kerendahan djiwa yang tersisa...
Kakak mohon diri...
Jangan lagi kau bingkai nama lusuhku dengan mahkota asmara.
Jangan lagi bayang kelamku kau sinari dengan pelita kerinduan.
Jangan lagi desah kotorku kau taburi dengan harumnya cinta suci...
Aku tak patut dan aku tak sanggup.

Biarkan aku terpasung dalam keabadian ruh Nya...
Biarkan aku berdendang tanpa nada...
Biarkan aku menari tanpa jiwa...
Biarkan senyumku mengembang tanpa guna...
Biar..
Biaarkan...
Dan biarlah... Siksa cinta ini menjadi salah satu cerita kelam yang ada, diantara beberapa kedukaan yang menjelma menjadi hantu dalam hidupku...

Selamat jalan cinta...

BERTOBAT KALA MAKSIAT MENJERAT


Entah untuk keberapa kalinya, aku terjerembab dalam kenistaan, jauh dan hampir terpasung dalam penjara dosa. Kelemahanku seolah terlibas oleh pancaran pesonanya, rintihan desah sesalku seakan musnah perlahan tertutupi manjanya. Aku tak berdaya, aku tak kuasa dan bahkan aku tak mampu menghindar, sukmaku seakan terjerat dengan kuat.

Berulang kali, dengan rintihan lirih dan linangan air mata, aku mengadu kepada Nya, kenapa jalan hidupku penuh dengan kepalsuan dan tabir kebohongan, dengan tekat kuat aku berjanji dengan sepenuh hati, semua nista yang memenuhi rongga dada ini, harus aku akhiri, ya... Benar-benar harus berakhir.

Namun disaat lengah, bisik mesra nan menggoda itu kembali hadir, ia bagai oase di padang tandus berpasir, menyegarkan bilik jiwa yang gersang penuh gelora, ia mampu mempermainkan nalar khayalku, hingga aku pun tak mampu mengenali diriku sendiri, orang lain, bahkan yang ironi... Aku tak kenal lagi dengan Nya.

Dan... Akhirnya, dengan kepala tertunduk, mata terpejam dan mulut terbungkam. Aku susuri lagi jalanan terjal berliku itu, aku seakan tak mampu dan tak punya daya, untuk sekedar hengkang dari pesonanya, walau sekejap mata, kemanapun angin berhembus, ia hadir menghantuiku dan meneror dengan kejam.

Kini, meskipun dengan diiringi rasa takut adzab yang teramat sangat, aku susun kembali serpihan bait-bait taubatan nasuha, berharap dengan sejuta asa, Gusti Allah kerso menerima tobat dari seorang yang munafik ini, dan meminta dengan segala kerendahan diri manusia, Gusti Allah menghindarkan aku dari jerat kepalsuan yang selama ini hinggap di kalbuku. Semoga Gusti Allah membuka pintu hati yang hampir usang ini, sehingga hanya cinta suci pada Nya, yang akan menjadi bait-bait indah sebagai ungkapan Cinta sejati antara mahluq dan sang pencipta.

Tangis penyesalan, di bulan february

Sabtu, 04 Februari 2012

32 TAHUN SUDAH AKU BERNAFAS


Tak terasa, telah aku lewati separuh lebih, perjalanan hidup ini. Selama itu pula banyak kisi hikmah yang aku singkap, dari berbagai rona kehidupan anak manusia. Ada kalanya aku berkacak pinggang dengan congkak kebanggaan, dan terkadang aku luruh bersembunyi dalam ketidak pastian dan keputus asa'an.

Masih seperti yang dulu, aku berbaju zirah keagungan yang indah dan sederetan panji-panji besar kemulyaan. Padahal itu semua tak sebanding dengan kekuranganku. Namun aku masih bertahan dan diam.

Meski dengan tertatih, kembali aku kumpulkan semangat yang tersisa, untuk merajut asa yang terpendar, aku akan tetap berusaha dan tetap berusaha, menjadi diriku yang apa adanya. Melestarikan perintahnya dan mejauhi larangannya, meski terkadang tetap aku akui, bahwa, aku langgar langgar larangannya dan aku tanggalkan perintahnya...

Kini di usia yang tak lagi bocah ini, tengadah tangan ini pantang aku turunkan, aku akan tetap berdo'a dan memohon. S'moga hidupku barokah.

Happy birthday to me...