SELAMAT DATANG

Assalamu'alaikum Warahmatullohi Wabarakatuh

Selamat datang para pengelana dunia maya.
Selamat datang diduniaku, dunia sederhana yang dipenuhi dengan kebebasan dalam berekspresi,
namun tetap mengedepankan Ahlaqul karimah,
tanpa takut oleh tekanan dari manapun, dan jauh dari diskrimininasi budaya, hukum, martabat, derajat dan pangkat.

Ini adalah suara murni hatiku,
yang terangkai dalam dalam bentuk kata-kata,
entah jelek entah bagus, namun inilah aku yang jujur dalam berfikir dan berkata.

Moga ada guna dan manfaatnya

Amin Amin Ya Robbal Alamin

Rabu, 06 Agustus 2014

ADA APA DENGAN RUMAH INI


Sudah lama aku pendam gulana dihati ini dan terlalu sakit aku sangga perasaan ini, sebuah catatan peristiwa memilukan dan sekaligus memalukan di "rumah" besar ini. Entah harus aku mulai dari mana menjabarkan kegelisahan ini, karena terlalu rumit di uraikan dan terlalu sakit disembuhkan.

Bu Ririn dan anak didiknya
Berawal dari kepetingan pribadi dan memperkaya diri sendiri aku mengawali tulisan ini, ya... Memperkaya diri sendiri, karena bila di telisik dari sudut manapun, semua kisah ini bermuara dan berakhir pada harta, tak memperdulikan tujuan mulia kita yakni menjabarkan ilmu dan mencerdaskan anak didik kita, namun aku sadar ini adalah sebuah proses pembentukan kararter manusia sesungguhnya, yang pada akhirnya kita akan tahu bagaimana dan untuk apa sebenarnya pengabdian ini, tulus ataukan karena fulus.

Aku punya seorang sahabat, ia wanita muda dengan segudang talenta, kecerdasannya tak kuragukan, dedikasi dan pengabdiannya juga ta mengecewakan, ia begitu jujur dan berjiwa sosial yang tinggi, sehingga tak jarang uang pribadi ia korbankan demi keberlangsungan pengaturan keuangan. Ia dua tahun lebih lama pengabdiannya dibandingkan aku, meski secara umur aku jauh diatas dirinya, namun secara keilmuan dan pengabdian, aku jauh dibawahnya.

Mungkin karena kejujuran dan dedikasinya itulah, orang-orang yang berperangai buruk dan tidak tulus mengabdi merasa terusik hingga akhirnya menggunakan cara-cara tak Hormat untuk menyingkirkannya, karena dianggap dapat mengganggu suksesi kepemimpinannya, dan dapat menggagalkan akal bulusnya.

Hingga pada akhirnya peristiwa menyakitkan itu terjadi, hanya dengan selembar kertas berwarna hijau dengan kombinasi tulisan warna hitam, datanglah sebuah surat berisi ucapan terima kasih atas semua pengabdian, meski tak tersurat sebuah kalimat pemberhentian namun sangat jelas terlihat sebuah pemecatan dengan halus. Surat itu sangat sederhana bahkan amat sangat tak berharga bagi sebuah lembaga besar seperti RUmah ini, tanpa amplop juga plastik map, hanya tergeletak begitu saja di bawah pintu rumah tua dan sederhana itu.

Seketika itu juga runtuhlah hatinya, keyakinannya bahkan semangatnya, orang-orang yang selama ini dianggap sahabat dalam berjuang tanpa dinyana tega menyingkirkannya dalam sekejap. Temanku itu hanya bisa diam termangu tanpa kata, air matanya terus meleleh tanpa henti membayangkan apakah ini benar-benar terjadi, ataukah sebuah mimpi buruk.

Lama ia tertegun dan akhirnya ia betul-betul sadar jika ini semua adalah kenyataan hidup, ia menjerit dan meronta setiap saat, tiada yang sanggup menenangkan hatinya, bahkan aku sekalipun.

Terlalu singkat dan cepat peristiwa itu terjadi, hingga ia tidak diberi kesempatan untuk bertanya kepada bapak pengurus Yayasan yang katanya terhormat itu, apakah salahku dan dimanakah letak pengkhianatanku. Dia juga tak diberi kesempatan untuk sekedar berkata-kata perpisahan dengan anak didik yang selama ini ia besarkan dengan kasih dan cinta.

Aku yang bukan saudaranya, aku yang bukan kekasihnya namun aku hanyalah seorang sahabat yang merasakan dengan sebenarnya, rasa sakit yang kini hinggap di hatinya. Sosoknya yang murah senyum dan berhati mulia, kini berganti sosok wanita muram dan sesekali hati berkecamuk dendam....

Salah siapakah ini, saya yakin kalian faham, merekalah yang selalu mengutamakan materi dan kepemimpinan adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas peristiwa memilukan ini.

Sebab bukan hanya seorang wanita yang dibuat merana dan tersakiti hatinya namun empat orang wanita sekaligus, bahkan seorang diantara mereka ada seorang wanita sepuh
Yang dulunya adalah guru mereka sendiri.

Huft, sekarang hati nurani sudah tergantikan kemilau materi. Semoga aku, dia dan mereka yang teraniaya, bisa tabah dan sabar menghadapi semua ini dan mendapatkan ganti yang lebih dan teramat lebih dari Allah Subhanahu Wata'ala. Amien

Tulisan ini aku dedikasikan untuk sahabatku Ibu Ririen Tri Astuti, Guruku Hj. Sundari, Guruku Ibu Choirijah dan sabahat baruku Ibu Niluh