SELAMAT DATANG

Assalamu'alaikum Warahmatullohi Wabarakatuh

Selamat datang para pengelana dunia maya.
Selamat datang diduniaku, dunia sederhana yang dipenuhi dengan kebebasan dalam berekspresi,
namun tetap mengedepankan Ahlaqul karimah,
tanpa takut oleh tekanan dari manapun, dan jauh dari diskrimininasi budaya, hukum, martabat, derajat dan pangkat.

Ini adalah suara murni hatiku,
yang terangkai dalam dalam bentuk kata-kata,
entah jelek entah bagus, namun inilah aku yang jujur dalam berfikir dan berkata.

Moga ada guna dan manfaatnya

Amin Amin Ya Robbal Alamin

Kamis, 30 Desember 2010

DESAH MEMBANTAI RESAH


Entah untuk yang keberapa kalinya, aku bergelimang dosa, padahal aku tahu itu adalah sebuah kesalahan besar, padahal aku memahami betul konsekuensi hukumnya, namun sekali lagi dan terus menambah lagi dosa-dosa baik skala kecil maupun dalam takaran yang besar, seolah karung yang bertumpuk dengan karung yang lain. Dosa ini seakan menyatu dengan dosa yang lain, yang akhirnya menjadi sebuah monumen tak berkesudahan.

Terlepas dari desahan lirih penuh sesal ini, Sepertinya ada yang terselip secara ringan dari sanubari kita, bahwasanya sebagai mahluk yang dloif, kita terlalu naif dan percaya diri akan amal baik yang telah kita kerjakan selama ini akan menjadi dewa penyelamat kala sang Maha Adil bertanya, padahal dengan lugas tangan, kaki dan semua anggota tubuh kita bersaksi dengan jujur. Apa yang selama ini dikerjakan dan kita perbuat.

Duh Gusti, ingkang maha Agung, tak ada yang hamba mohon dimalam yang penuh maghfiroh ini, selain dibukanya pintu hidayahMu, semoga dosa yang selama ini hamba timbun dalam hati hamba, akan luruh seiring dengan datang hujan Magfiroh, sehingga mata batin hamba dapat memilah dan memilih mana yang haq dan mana yang bathil.

Duh Gusti, hamba memohon dengan permohonan yang tulus, hentikanlah detak jantung hamba dengan perlahan jika kelak, aku hidup hanya dengan bergelimang dengan Dosa, Putuskanlah urat nadi hamba jika kelak tak mampu melaksanakan semua amanat yang Engkau perintahkan dan menjauhi semua larangan yang Engkau benci. Tempatkanlah hamba di maqamnya orang-orang sholeh yang selalu menyanjung namaMu dalam sanubari dan dudukkanlah hamba selaras dengan para Suhada yang melafadzkan namaMu kala menghembuskan nafas terakhirnya.

Semoga semua kerlip mata hamba tak mampu jauh dari syukur atas semua nikmat yang Engkau anugerahkan, semoga hamba menjadi insan yang Bedjo tur Slamet dunyo dumugining Akhirot. Amiiieeeen…

Ketak-ketik dipenghujung tahun ketiga dasawarsaku….

Selasa, 28 Desember 2010


MENGUSUNG TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
DALAM KOMUNITAS PESANTREN

Oleh ARIF NOER
Utusan Pondok Pesantren Lirboyo Kota Kediri

Semenjak kali pertama Pesantren dirintis oleh Kanjeng Sunan Ampel disurabaya, sekitar empat abad yang lalu, sejak itulah model pendidikan yang mengusung pemikiran Ta’lim Wa Ta’lum dilestarikan, konsep yang mengilhami model pendidikan tersebut adalah kitab Ta’lim Al-Muta’alim, sebuah kitab Fenomenal karya Asyaikh Nawawi Al-Makki yang fokus mengedepankan Ahlaqul Karimah dalam proses belajar, agar ilmu yang diperoleh bukanlah sebatas ilmu pengetahuan agama belaka, namun sebuah ilmu spiritual religius yang pelajari, diamalkan serta dilestarikan. Oleh karena itu segala permasalahan yang dapat mengganggu stabilitas proses belajar-mengajar dipesantren sebisa mungkin diminimalisir, seperti Berkomunikasi dengan dunia luar (baca Masyarakat), menghindari pemakaian alat alat elektronik seperti Radio Televisi dan Hand Phone. Meski pada akhirnya banyak komunitas pesantren yang mendapat cercaan dan hinaan, bahkan mendapatkan predikat kolot dan ketinggalan zaman, karena saking lambatnya menerima informasi dan melakukan komunikasi, namun hasil yang didapat adalah banyak santriwan dan santriwati yang dapat menyerap ilmu agama secara keseluruhan, sehingga ilmu yang didapatpun dapat diserap secara cepat tanpa terkontaminasi oleh hangar bingarnya dunia luar. Namun pertanyaan yang mengemuka sekarang adalah,apakah dengan menutup diri seperti itu akan terus menjadi solusi dari pengembangan dunia pesantren, padahal kini dunia sudah sedemikian pesat ?

KORELASI ANTARA PESANTREN DAN TIK
Komunikasi adalah bagian dari yang tak terpisahkan dari kehidupan, diakui atau tidak; semenjak manusia diciptakan oleh Allah sebagai kholifah dimuka bumi ini, komunikasi merupakan salah satu bagian yang berperan sangat besar dalam perkembangan peradaban manusia, sebab dengan komunikasi manusia bisa bertukar informasi, belajar dan mengajarkan ilmu yang mereka himpun selama ini, bahkan dengan komunikasi manusia bisa meningkatkan taraf ekonominya dengan melakukan barter dengan kelompok, suku bahkan negara lain. Selanjutnya, seiiring dengan perkembangan zaman, hadirnya beragam inovasi perangkat elektronik dewasa ini, semakin tak terbendung, bukan hanya teknologi yang mempermudah dalam berkomunikasi namun juga dalam segala kebutuhan dan kegiatan manusia, seperti transportasi, akomodasi bahkan konsumsi. Hadirnya teknologi tepat guna yang telah merambah keseluruh sendi kehidupan masyarakat tersebut, ternyata juga telah memasuki wilayah Religius umat manusia, dimana saat ini kemudahan dalam memahami dasar dasar agama seperti kitab Suci Al- Qur’an atau mencari referensi Hadist, kita tinggal mengakses ataupun mendownload dari internet. Sehingga dalam hitungan detik kita bisa mengetahui informasi yang kita inginkan tanpa harus menunggu berhari-hari. Peran Pesantren sebagai sebuah Lembaga pendidikan Islam tertua, yang konsisten mempertahankan nilai-nilai luhur pendidikan Salafy, yang ada di Indonesia saat ini, sudah selayaknya memasukkan Teknologi Informasi dan Komunikasi, sebagai bagian dari keseharian dunia Pesantren, sebab diakui atau tidak, seiring dengan perkembangan zaman, pesantren mulai dipandang sebelah mata, karena edukasi dan system klasikal yang monoton dan tanpa perkembangan. Disinilah salah satu cara yang efektif untuk mengubah Image pesantren sebagai komunitas kolot menjadi sebuah komunitas pelajar yang dapat berinteraksi dengan dunia luar melalui media dunia maya, meski tanpa menanggalkan baju Salafynya(baca; Tradisional). Selain itu bagi segenap Komunitas pesantren, kehadiran Teknologi Informasi dan Komunikasi merupakan sebuah sarana yang efektif untuk bertukar informasi dan menjalin Ukhuwah antar pesantren. Namun meski sedemikian mudah kita dalam menggali informasi dan berkomunikasi, sudah sepatutnya kita waspada dan lebih berhati hati dalam mengggunakan fasilitas ini, sebab dengan berbagai macam kemudahan yang terdapat pada Teknologi Informasi dan Komunikasi ternyata juga dibarengi dengan macam-macam bahaya yang siap mengancam, salah satu contoh yang paling sering mengemuka dan berbahaya adalah Ideologi Islam garis keras dan Pornografi, sehingga bukan tidak mungkin, tujuan awal yang kita inginkan adalah peningkatan mutu pendidikan dan komunikasi, namun yang didapat adalah sisi negative dari fasilitas TIK.

SOLUSI SEDERHANA PENGEMBANGAN TIK DIDUNIA PESANTREN
Pemerintah sebagai aktor utama pengembangan kualitas sumber daya manusia Indonesia dan Departemen Komunikasi dan Informatika (DEPKOMINFO) sebagai pelaksana, sudah seharusnya melakukan Inovasi secara menyeluruh terhadap perkembangan teknologi Infomasi dan Komunikasi dalam dunia pesantren, sebab tanpa campur tangan dari pemerintah, mustahil Pesantren akan mampu menguasai Teknologi Informasi dan Komunikasi, kemudian lambat laun pesantren akan mati suri dan punah ditelan masa, karena tidak dapat mengimbangi perkembangan zaman.

Ada beberapa solusi sederhana yang dapat diterapkan. Pertama dalam pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam dunia pesantren, pemerintah menyediakan wahana dan sarana komunikasi, khusus bagi insan Pesantren, seperti disediakan sebuah Website khusus, yang berfungsi sebagai sarana komunikasi bagi dunia pesantren. Kedua, pemerintah diharapkan memberikan bantuan perangkat keras (Hardware) seperti seperangkat komputer, modem dan jaringan telepon, sebagai perlengkapan utama dalam pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi, sebab diakui atau tidak, sudah menjadi rahasia umum jika pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan tradisional, minim sekali akan fasilitas. Ketiga, pemerintah menggelar pelatihan dan seminar secara stimultan dan periodik, dengan harapan agar dikemudian hari Teknologi Informasi dan Komunikasi bukanlah sebuah angan-angan tanpa usaha, namun sebuah sarana peningkatan mutu pendidikan Religius, yang berjalan beriringan dengan segenap komponen bangsa ini, untuk membangun dan berkarya, tanpa harus menggusur nilau nilai Salafy yang telah tertanam dalam sanubari para santri.



Dibuat sebagai pelengkap Diskusi sehari dengan Tema “Dampak Kehadiran Teknologi Informasi dan Komunikasi di Pesantren”
Yang diselenggarakan oleh Departemen komunikasi dan informatika
di Pondok Pesantren Tremas Pacitan Jawa Timur
Kamis, 03 April 2008

Sabtu, 25 Desember 2010

HARI-HARI YANG MELELAHKAN


Entah dari mana akan kumulai taburan kata-kata ini, sebagai ungkapan hati agar kelak bisa menjdai kenangan indah bagiku, anakku dan semua orang yang kenal dengan aku.

Hari itu sabtu 18 Desember 2010, Ibuku (yang kini berganti nama menjadi Hj. NUR ROHMI KHODIJAH ABU BAKAR) dan kakangku (H. MUHKLAS NOER) rawuh dari tindakan Haji, meski secara financial semua persiapan penyambutan masih dalam tahap penyempurnaan, namun apa mau dikata, show must go on, semua harus siap dan sigap. Cara sederhana untuk menyempurnakan penyambutan adalah dengan memperindah cat dirumah dan merehab ulang tata ruang dirumah sederhana itu, namun yang jadi permasalahan adalah masalah mahalnya biaya cat dan juga tukang yang akan mengerjakan. Ada istilah seribu jalan ke Roma, benar saja, untungnya ada adik’e mbak Iparq yang ahli pengecatan dan yang lebih hebat lagi, dia tidak mau dibayar, sepeserpun! Ya sepeserpun.. akhirnya H-14 hari, kita gunakan untuk betul2 mempercantik cat dinding yang sudah hampir 5 tahun lamanya tidak di cat. Akhirnya dengan napas yang tersenggal-senggal dan tulang punggung yang serasa rontok usai juga pengecatan ala kadarnya, namun hasilnya luar biasa.

Dengan perasaan bangga yang meluap-luap, aku lihat berulang-ulang hasil kerjaku, “ternyata bagus juga” ujarku sombong, padahal mayoritas yang ngecat adalah sodaranya embakku tadi!!!, Nah usai pengecatan, muncul lagi masalah baru yang butuh perhatian serius, masalah souvenir atau oleh-oleh haji, nah disinilah yang bikin aku miris dan buat aku rada protes kepada masyarakat sekitar. Faktanya : Sudah menjadi kebiasaan didaerahku, jika seorang yang baru saja menunaikan ibadah haji, maka pak haji dan bu Haji akan memberikan hadiah kepada sanak kerabat dan para tetangga yang ziarah haji, namun sayangnya tradisi ini telah merubah niat sebagian orang khususnya kaum hawa, sehingga tujuan awal dari ziarah haji yakni mengharap doa barokah namun sudah bergeser jadi mengharap oleh-oleh semata. Padahal dari tinjauan mata sufistik dan para ulama tasawuf, seseorang yang baru melaksanakan ibadah haji maka akan berlimpahlah barokah dari tanah suci. Namun namanya juga orang banyak, meski sudah ada tuntunan sunnah seperti itu, ternyata tidak merubah sifat matrealistik yang ada. Padahal bila kita mau jujur, sebenarnya biaya yang dibutuhkan seseorang untuk melaksanakan ibadah haji adalah sungguh-sungguh sangat besar, maka akan sangat naïf bila kita tambah membebani orang yang melaksanakan ibadah haji tersebut dengan tuntutan yang ga’ bermoral semacam itu. Kembali pada masalah souvenir, meski ada tuntunan seperti itu, kita tidak bisa langsung menghindar begitu saja karena rendahnya daya pemikiran ummat kita saat ini, maka untuk meminimalisir gossip murahan tersebut, maka keluargaku menyiapkan ratusan bingkisan sederhana berupa gelas hadiah dari perusahaan, tasbih hasil kreatifitas mbakku dan kurma… dan Alhamdulillah meski mendadak dan ngoyo namun akhirnya jadilah bingkisan imut dan cantik, meski akhirnya semua gelas dirumah nyaris habis dibuat souvenir.

Usai souvenir, ternyata ada lagi masalah yang muncul, yakni Konsumsi!!!! Wah betul-betul menguras pikiran untuk yang satu ini, karena selain membutuhkan dana yang besar, Konsumsi juga membutuhkan kerja tim yang kuat dan kompak, namun terus terang untuk apa yang terjadi dibelakang aku kurang begitu faham, karena aku lebih focus ke tatanan di depan saja. Untungnya ada kakangku dan mbakku yang telaten untuk mengurus disana….

Wah.. tak terasa waktu yang sebegitu lama, menjadi hari-hari yang terasa sangat singkat, karena minimnya persiapan dan dana yang menipis. Namun semua ini akan menjadi kenangan indah dan sangat indah yang terlalu berharga untuk dilupakan begitu saja.

Ahad 26 Desember 2010

Kamis, 25 November 2010

BENAR-BENAR PERGI


By Pudja


Tuhan berikan aku kekuatan

Sebelum dia meninggalkan aku



Tuhan beri ku jalan

Karena diriku masih mencintainya



Tak Sanggup aku menahan perihnya dalam hatiku

Tak sanggup aku Bertahan dalam kesedihan



Bila waktu malam akan datang

aku tak mau sendirian

ingin selalu ditemani kamu

memelukku dalam kesepian



Bila waktu malam mulai sunyi

ku tak mau ditinggal sendiri

ingin selalu sama-sama kamu

hingga nanti kamu Benar-benar telah pergi



***

Tak semudah yang dikira

Teramat berat

Selasa, 23 November 2010

MERANGKAI HARI YANG TERBENGKALAI


Hari-hariku yang kian sepi, meski aku lihat lalu lalang yang bertengger di mataku, namun kegersangan jiwa kerap kali kurasa dan aku lihat masih berada dalam sudut jiwaku, meski hanya sebatas asa, namun aku rasakan betul pengaruhnya terhadap pola fikirku.

Aku tak hanya menjadi pecundang namun terkadang aku merasa dirikulah manusia yang paling gemar berbohong, ingin rasanya berteriak sekeras mungkin dan mengepalkan tangan meninju langit, meluapkan semua kegersangan yang ada dan mencari sumber air penyiram jiwa gersang ini.

Namun entahlah masih saja, jiwa ini menyanyi dengan angkuh seolah di Dunia yang fana in hanyalah aku yang paling punya kuasa dan cinta…

Dan kini di penjara yang ini kebali aku rangkai hari-hari yang tercerai berai menjadi bait-bait nan indah, agar dimasa sepuhku kelak aku mampu menatap arah mata hari terbit dengan wajah yang mendongak bukan lagi tertunduk menyesal penuh duka

Semoga dan semoga

Warnet dini hari di tanggal 24 November 2010

Senin, 22 November 2010

EMAKKU NAIK HAJI


Sedari awal, angan dan pikiranku ga nutut kalo orang yang menyanyangiku sedari kecil ini akan menunaikan ibadah haji. Namun jantungku langsung berdegub kencang kala aku lihat ternyata ibuku benar-benar Naik haji, Buktinya ada tas gede bertuliskan Jamaah Haji Indonesia dimarnya yang sederhana. Masya Allah ternyata ibuku yang sabar dan Tangguh itu betul-betul akan memenuhi panggilan Allah.

Haji... terlepas dari pemahaman secara luas dalam Syariat. menurutku adalah sebuah ibadah yang Maha berat dan membutuhkan persiapan yang tidak main-main. Fisik yang prima sekaligus dukungan finansial yang mumpuni, dan yang tak kalah penting adalah persiapan Mental yang betul-betul berserah diri kepada Allah SWT.

Pada malam hari sebelum keberangkatan beliau, saat bantu-bantu ngepak tas kopernya, aku lihat sorot mata yang tak pernah lelah beribadah itu dengan semangat merapikan baju-baju sederhanya. Tanpa seijinnya aku masuki kamar itu dan ku tutup pintunya, lantas beliau berujar "lapo rif..?", "bu kulo bade nitip niki..."ujarku sambil kuserahkan beberapa lembar kusam berwarna merah... Masya Allah yang bikin aku takjub, tanpa dinyana beliau peluk aku dengan erat, ya dipeluk! sebuah momen yang teramat mahal bagiku... sebab semenjak aku beranjak dewasa aku tak pernak di peluk.. sebagai wujud hormatku, aku sujud dan kuciumi kakinya. namun beliau cegah " nak wis kakean sing awakmu titipne nang aku..." ujar beliau terisak " Bu.. nopo yang kulo serahkan niki tak sebanding dengan nopo-nopo yang kulo curi saking panjenengan, jenengan terami njih.." ujarku sembari berurai air mata.... "iyo nak, sepurane dusoku yo", Dosa... ibuku bilang dosanya kepadaku, Hatiku berujar, sebelum beliau ucapka itu aku sudah memaafkan beliau...itulah moment terindah dalam hidupku, puas aku memuaskan ibuku.

To be Continued....

Selasa, 09 November 2010

AKHIRNYA ANNA BILANG CINTA


Degub jantung ini terasa semakin kencang, kala aku masuki barisan tenda tarub itu, bentuknya yang besar dan megah membuat orang yang lewat atau sekedar melihat, akan berfikir siempu acara ini pastilah orang kaya. Tak salah jalan pikiran orang itu, dia adalah Abah Kaji Ghofur, juragan padi yang sangat terkenal di desaku. Hari ini dia menikahkan putri sulungnya yang bernama Fitria Isfhiana dengan Muhammad Abdillah Putra Haji Khozin Juragan buah dari kampung sebelah. Anna panggilan akrab gadis jelita kembang desa itu, dia teman karibku semenjak masih duduk dibangku TK hingga tamat Madrasah Aliyah, saking akrabnya kami hingga kemanapun pergi kami selalu berdua, bagai saudara kandung kata teman-temanku. “Wah ini dia yang ditunggu-tunggu, akhirnya Mahfud datang juga ha ha ha…,” sebuah suara keras menggelegar laksana halilintar disertai tepukan dibahuku datang mengagetkan, rupanya Abah Kaji Ghofur menyambut kedatanganku “Njih Bah, saya baru saja datang dan langsung kemari,” kataku. “kamu pasti lelah, ya wis sana langsung kebelakang saja, makan-makan dulu terus temui Anna dan Umi’, abah banyak tamu,” kata Abah kaji Ghofur berbinar-binar seraya meninggalkanku.

Usai menyapa Abah kaji Ghofur lantas aku masuki rumahnya, banyaknya panitia yang dilibatkan dalam pernikahan ini membuat rumah Abah Kaji Ghofur terasa sesak dipenuhi manusia, padahal untuk ukuran kampungku rumah Abah Kaji Ghofur tergolong sangat besar. Didepan pintu dapur aku lihat Umi’ Karimah sedang berbicara dengan beberapa orang pembantunya, Berbeda sosok Umi’ Karimah yang aku kenal sehari-hari yang murah senyum dan sopan, kali ini raut muka Umi terasa datar dan sendu, seolah dia menyimpan duka nestapa yang sangat dalam, aku tak berani menyapanya, karena aku takut dia akan semakin menjadi beban dibatinnya. Di saat aku Lahap menyantap nasi rawon menu favoritku, sebuah sapaan lirih menyapaku “Baru datang Fudz…?”, rupanya Mi’ Karimah menghampiriku “Injih mi’, tadi dari Pondok langsung kesini,” ujarku sopan, “Fudz aku tahu kamu faham dengan permasalahan ini, jadi aku mohon, beri Anna pengertian yang jelas, agar ia bisa menerima perjodohan ini,” ujarnya memelas. “Mi’ jangan begitu.. kulo jadi ngga’ enak sama panjenengan dan Abah,” kataku merendah, “Fudz, kepada siapa lagi Umi’ dan abah harus memohon, kamulah satu-satunya harapan Umi’, ini demi masa depan Anna juga,” Njih akan saya coba, untuk mendekati Anna, pangestune mawon,” ujarku pelan, usai menyapaku Umi’ Hj. Karimah kembali ketengah-tengah panitia pernikahan. Rasanya tak enak lagi makanku, anganku kembali menerawang beberapa tahun lalu, kala aku dan Anna duduk dibangku kelas 2 Madrasah Aliyah, saat itu Anna tengah memadu kasih dengan seorang pemuda beandala bernama Doni Saputra, parasnya yang rupawan membuat banyak kaum hawa menjadi terlena, termasuk Anna salah satunya. Kala itu Anna terasa benar-benar dimabuk Indahnya cinta dan buai asmara. Namun Anna seperti buta hingga tidak tahu siapa Doni sebenarnya, seorang pemuda berperangai buruk dan malas bekerja, malam-malamnya selalu diisi dengan mabuk-mabukan dan nongkrong dijalanan. Makanya aku kurang setuju kala Anna berpacaran dengan Doni, namun dasar cinta apapun selalu terlihat indah nan merekah, gumanku.

“Assalamu’alaikum….,” Ujarku pelan, sembari aku buka pintu kamar yang berhias rangkaian bunga melati yang menjuntai hingga kelantai “Waalaikum salam, ” terdengar jawaban lirih, nyaris tanpa semangat, “ duh cakepnya sahabatku ini, ” kataku menggoda, “ Mas, pean seperti ga’ mengerti perasaanku ya, pean ternyata sama kerasnya dengan abah, egois dan keras kepala” kata Anna meninggi, aku hampir ta percaya dengan kata-kata yang barusan keluar. Fitria Isfhana seorang gadis lugu temen sepermainanku yang dulu aku kenal periang dan murah senyum, kini jadi seorang yang keras dan egois, “ Ann, maafkan mas Mahfud ya,” ujarku lirih. “terus terang aja mas tak sanggup berkata-kata, percayalah bahwa ini adalah yang terbaik yang diberikan Gusti Allah kepadamu” ujarku menasehati Anna, “tapi Mas, pean kan faham hatiku dan cintaku hanya untuk mas Doni seorang bukan si Dillah itu,” ujar Anna protes, “ Iya mas faham, sangat faham sekali, namun mas mohon dan mas minta untuk kali ini saja, terima saja perjodohan ini, jangan melawan takdir Ann, berdo’alah bahwa ini yang terbaik buat kamu” ujarku, kembali Anna tundukkan kepala dan mengalirlah air matanya, membasahi pipinya.

Aaah… usai sudah semua pelaksanaan pesta pernikahan ini, seharian aku bekerja keras membantu pesta ini, peluh serasa memenuhi seluruh sudut bajuku. Dengan gontai aku langkahkan kaki menuju tumpukan kursi disudut tenda sebelah pelaminan, ingin rasanya sejenak mengistirahatkan kakiku yang terasa bengkak. Terperanjat aku melihat Abdillah, duduk termenung sendirian, sambil membolak balikkan Koran bekas penutup jajan, padahal seharusnya malam ini adalah malam pertama bagi sepasang pengantin, tapi ini justru malah duduk sendirian disini, trenyuh aku melihatnya, “lho pengantin baru kok duduk sendirian,” ujarku seraya menggoda, sapaanku yang datang tiba-tiba membuat Dillah terperanjat kaget, “ eh iya Mas, belum ngantuk…,” ujarnya lirih, sayu matanya begitu terlihat menandakan ia sangat kelelahan, “Eh udah sholat Isya’ belum,?” ujarku bertanya, “udah mas, sampean,?” katanya balik bertanya “Udah juga, eh dari pada kedinginan disini, ayo duduk-duduk di Mushola gimana,?” ujarku menawarkan, “monggo…”jawab Dillah singkat. Akhirnya kami teruskan ngobrol kami di dalam Mushola mungil di samping rumah Abah Kaji Ghofur, banyak sekali yang kami bicarakan, mulai dari masa kecil kami yang penuh dengan canda, hingga kisah-kisah indah dipesantren, tak terasa jarum jam menunjukkan pukul 01.00 WIB. “Mas Dillah, saya kenal Anna, kala ia duduk di bangku TK, hingga lulus Madrasah Aliyah, jadi saya faham betul karakter dan tingkah lakunya, saya mohon sampean lebih bersabar menghadapinya. Saya sangat yakin, nanti dia akan luluh hatinya,” ujarku menasehatinya, “Iya mas, pangestune sampean, saya sendiri pasrah dengan pilihan orang tua, saya hanya mampu berdo’a semoga ini yang terbaik, meski saya faham dik Anna sebetulnya sudah punya pacar,” ujarnya memelas “ Fiuuh… aku juga heran sama Anna, mengapa dia begitu cinta dengan lelaki kampret seperti Doni itu, padahal sudah ratusan kali aku mengingatkannya, tapi tetep saja dia bandel, pean yang sabar ya,” ujarku sambil menghela nafas.

“Assalamua’alikum,” ujarku sembari membuka pintu kamar pengantin itu dengan penuh hati-hati, “Wassalamu’alikum,” jawab Anna dengan lirih, matanya sembab dan jilbab yang di pasang asal-asalan, menandakan semalam ia isi dengan tangisan, “Ann, Mas pamit mau berangkat ke Pondok lagi, karena mas izinnya Cuma dua hari saja, jadi mas harus segera kembali ke Pondok,” kataku sambil menunduk, dengan setengah terperanjat Anna berkata “Mas teganya sampean tinggalkan aku seperti ini, disaat aku butuh dukungan dan aku butuh teman untuk berkeluh kesah,” katanya sambil memelas, sorot matanya sangat tajam membuatku luruh dan mengurungkan niatku untuk berangkat buru-buru “Anna, sekali ini saja mas Mohon dengarkan kata-kata Mas,” ujarku menasehati, kembali air mata Anna mengalir dipipinya “Jujur saja Mas sangat berbahagia ketika kamu bersanding dengan Abdillah,” ujarku dengan berhati-hati dan sangat pelan, “Tapi mas…,” ujar Anna mencegah “Anna dengarkan mas dulu !!!, dalam mencari pasangan hidup jangan pernah melihat dari satu sisi saja, kamu juga harus melihat masa depan kamu, nasib Abah dan Umi mu, juga yang paling utama masa depan anak-anakmu kelak,” ujarku dengan tegas, terlihat Anna kaget dan heran dengan kata-kataku barusan, “Coba bayangkan seandainya kamu menikah dengan si Doni, apa yang akan kamu dapat hah…,” ujarku sambil memalingkah wajah “ Sadarlah Anna, kamu telah mendapatkan anugerah suami yang jujur, polos dan alim seperti Abdillah,” kembali Anna tenggelam dalam tangisnya, “Semalaman mas ngobrol dengan dia, dari situ mas fahami karakternya, sifatnya dan keilmuannya, meski dia gayanya ampong dan norak, tapi dia jauh lebih baik dari pada si Doni…,” Ujarku dengan setengah membentak “Mas, kenapa mas membela dia dan Abah?,” ujar Anna Protes, “Anna sekali lagi mas mohon, tolong terima Abdillah apa adanya, Mas mohon Anna, demi masa depanmu kelak, Mas jamin kamu akan bahagia dengan semua ini,” ujarku menyudahi pamitan ini.

****
“Assalamu’alaikum…,” ujarku dengan suara keras, besarnya rumah Abah Kaji Ghofur membuat orang yang mengucapkan salam, harus dengan suara yang lantang, agar kedengaran sampai belakang, “Assalamu’alikum,” ujarku lagi, “Wa’alaikum salam,” terdengar suara Anna memnajawab dengan semangat “eh Mas Mahfudz, masuk saja Mas, waduh sudah liburan ya, Mas Dillah sayaaang…. nih Mas Mahfudz datang,” ujar Anna dengan riang manja, dengan terbengong aku lihat raut muka Anna kini jauh berbeda dengan kala aku tinggalkan beberapa bulan yang lalu, ceria bahagia dan senyum terus mengembang menghiasi wajahnya, “Masuk mas, pean kapan datangnya, kok ga’ bilang-bilang kalo mau liburan,” ujar Abdillah menyambutku, “eh.. anu baru sore tadi datang, langsung maen kesini kangen sama kalian berdua,” ujarku gugup, “Silahkan duduk mas, bentar saya tak matur Abah,” kata Abdillah sopan, sepeninggal Abdillah aku dekati Anna dan berbisik “Anna kok bisa…” ujarku penuh heran, “ he he he, aneh pean mas, kan dulu yang menyarankan agar saya menerima mas Abdillah apa adanya kan pean, kok sekarang jadi balik bertanya” ujar Anna mengejek, “mbuh nduk aku ga mudeng, kok bisa sedrastis ini sikapmu” ujarku bertambah heran, “Terima kasih mas telah bukakan hati Anna di hari itu, Anna coba menerima mas Dillah apa adanya, dan setelah itu Anna baru tahu kalo ternyata Mas Dillaah orangnya sangat baik hati dan penyayang,” kata Anna dengan berbinar matanya, “Mas Mahfudz pean tunggu bentar ya, Abah masih sholat,” kata Abdillah sambil berjalan “Iya ga papa, beliau jangan diganggu, aku malah pengennya ngobrol sama kalian bedua, Eh Dillah gimana rasanya, kok meneng wae,” kataku menggoda, “waaah, rugi Mas kalo pean ga’ cepet-cepet nyusul, poko’e ga’ kebayang rasanya,” jawab Anna dengan manja sembari melirik mesra Abdillah. Alhamdulillah desahku dalam nafas, terima kasih Ya Allah, telah Engkau tunjukkan keagunganmu dihari ini, sebuah pertautan cinta Indah yang bertabur Ridlo dan Restumu.

Dan kini setelah 6 tahun berjalan, hingga mereka mempunyai buah cinta seorang putra bernama Shalahuddin Al Ayyubi, kisah indah cinta mereka tetap berlanjut, malah makin mesra, bagaikan anak muda yang sedang dimabuk asmara. Aaah perjodohan tak selamanya kelam, batinku berujar.

15 Ramadhan 1431 H

M. ARIF NOER
Malang Kamar J.19

Rabu, 27 Oktober 2010

Mbah Maridjan


Tokoh Fenomenal Mbah Maridjan Wafat

Selasa, 26 Oktober 2010

TERNYATA ISLAM BUKAN HANYA MILIK FPI

Kritik ringan bagi kelompok Islam Fundamentalis

Dewasa ini, ketentraman dan suasana kondusif pada beberapakota besar di indonesia, mulai terusik kedamaianya,seiring dengan hadirnya sifat arogansi dan keras dari sekelompok komunitas masyarakat yang mengaku sebaai penyelamat agama islam, komunitas inibernama FPI(Front Pembela Islam).
Tidak ada informasi komplit tentang keberadaan komunitas ini, namun satu benang merah yang dapat kita ambil dari kelompok pimpinan Habib Riziq ini.mereka hadir sebagai kelompok garis keras pembela terhadap norma noma dan kehormatan agama Islam. Tindakan mereka pun terglong nekad dan brani, terbukti pada bulan romadn kemarin entah berapa buah bar, discotic, tempat judi, biliyard dan bahkan restoran, yang telah dihancurkan kelompok ini dengan cara merajia semua tempat-tempat yang mereka anggap penuh dengan kemaksiatan, dan dengan dalih demi menghormati bulan suci romadon dan menyelamatkan agama islamdan negara indonesia dari kemaksiatan yang semakin merajalela di masyarakat akhir akhir ini. Mereka memporak porandakan setiap benda yang mereka anggap sebagai barng maksiat.
Sebagai umat islam sebenarnya kita merasa bangga dan bahagia, karena telah hadir sekelompok penyelamat kehormatan dan harkat martabat agama islam. Dimana, saat ini di mata internasional, dewasa ini agama islam sering dipingirkan keberadaanya, karena perbuatsan beberapa teroris yang telah mengoyakkan berbagai belahan dunia. Terlebih lagi pasca runtuhnya menara kembar WTC di new york Amerika serikat, mereka (baca; FPI) hadir dan seolah olah mengobati kerinduan kita terhadap masa pemerintahan masa Nabi dan khulafaa Urrosidin berkuasa, dimana saat itu hukum diterapkan betul betul optimal dalam setiap persendian kehidupan bernagara dan berkeluarga, dan saat itulah satu masa, dimana maksiat adalah musuh besar yang wajib dijahui dan dihindari adanya.
Namun apabila kita berkaca pada “kitab suci” negara indonesia yang bernama UUD 45, hati kita pasti timbul sebuah kejanggalan dan tanda tanya besar, pantaskah kita sebagai warga indonesia yang baik, membiarkan sebuah kelompok kecil masyarakat merusak dan menghancurkan fasilitas pribadi atau kelompok milik orang lain.? disinilah timbul sebuah dilematisasi bagi kelopok masyararakat yang lain, apakah mereka berpihak kepada FPI degan jalan membiarkan mereka menghancurkan fasilitaas, baik umum maupun pribadi, ataukah mereka berpihak pada pemilik bar, discutik biliyar dan lain lain. ysang tentunya jelas jelas mereka melakukan kemaksiatan apalagi di bulan suci romadlon yang sangat dihormati umat islam.
Sebasai langkah perventif, sudah seharusnya kita sebagai generasi muda umat islam, mengantisipasi gejolak yang kerap kali terjadi di masyarakat, seprti kasus di atas. Tentunya kita memahami dan mengerti, bahwa tindakan dari FPI tersebut adalah sebuah upaya secara fissik untuk melawan kebatiln yang semakin tak ter kendali. Namuun sayang persepsi yang timbul di masyarakat yang dapat kita ambil adalah justru perilaku dan tindakan mereka seakan akn memunculkan sifat egoisne pribadi yang sangat tiggi, dan amat terkesan sangat eksklusif, mementingkan kepentingan diri dan kelompoknya, dan yang lebih parah adalah seakan akn islam hanya milk FPI dalam arti kata bebas, mengaku sebagai pihak yang paling benar diantara komunitas/ kelompok muslim yang lain tanpa mencoba berdialog dan berdiskusi dengan pihak pihak yang terkait dengan permasalahan yang timbul.
Bahkan jarang tindakan ini berujung pada kerugian baik fisik maupun materi pada pihak-pihak tertentu,
Seperti hilangnya mata pencaharian bagi mereka yang menggantungkan pekerjaannya di tempat tersebut, bahkan ada yang terluka berat karna dianiaya beramai-ramai pada saat razia berlangsung.
Sebagai solusi, terdapat sebuah langkah antisipasi dini yang mungkin efektif apabila diterapkan secara optimal diantaranya adalah:
Pertama: sebagai organisasi islam, sudah seharusnya, FPI mengedepankan akhlakul karimah kepada kelompok-kelompok lain dimasyarakat, khususnya masyarakat non muslim demi menciptakan perdamaian, dengan jalan melakukan dialog terbuka dan diskusi bebas dangan pihak-pihak terkait, untuk mencari solusi yang terbaik tanpa harus menggunakan kekerasan fisik guna menyelasaikan suatu permasalahan.
Kedua: menghimbau semua elemen yang dirasa berperan aktif dalam permasalahan tersebut untuk senantiasa menghormati pada semua perkara yang urgen disakralkan oleh umat islam khususnya di bulan suci Ramadlan.
Ketiga: mengadakan konsultasi dengan pemerintah, sebab sebagai penguasa yang memfasilitasi ragam kebutuhan rakyat sudah barang tentu pemerintah paham dengan kondisi masyarakat di daerahnya dan disitulah akan timbul sebuah kesepakatan bersama guna menciptak kedamaian yang kondusif, aman dan terkendali bagi masyarakatnya.

Penulis adalah Arief Nur kelas 1 Aliyah, J.13 Hp. Malang


Tulisan ini dimuat di Mading Hidayah tahun 2006

Selasa, 19 Oktober 2010

Istiqomah Atau Tak Berubah


Bilik Djiwa 20 Okt

Inspirasi yang terbunuh, mungkin kilas kalimat itulah yang tepat bagiku, tak ada celah untuk mencoba bangkit dan membangkitkan asa, padahal nun jauh disana perubahan telah bergeliat, mengapa tidak mencoba barang sebentar saja... mungkin dengan perubahan ini kita akan menemukan format yang bagus demi meningkatkan kwalitas rumah yang kita cintai ini, mengapa tidak kita gunakan senjata yang ada untuk membuat alat-alat baru yang lebih indah dan mencari makanan baru yang lebih lezat. Mengapa kita mesti takut senjata akan melukai, jika kita memang faham dan mengerti penggunaannya.

Bagaimanapun perubahan dan pembaharuan harus kita ikuti, jangan hanya terkungkung pada sebuah pemahaman yang sempit dan egois. Justru seharusnya kita mencoba mengimbangi daya saing dengan apa yang kita punya. Tapi jangan memberangus semua perisai kita, sebab justru dengan perisai itulah kita menjadi beda dengan mereka. Baju boleh bersarung dan berkoko, namun pemikiran intelek harus kita punya.

Ilmu boleh Salafi tapi sistem harus modern,...
Marilah kita coba mengaplikasikan data base dalam pendataan,
Menerapkan komputerisasi dalam pembayaran,
Secara online dalam informasi....
Agar kelak rumah besar ini tidak hanya menjadi bangunan sepuh yang penuh dengan sejarah, tapi juga menjadi kawah bagi lahirnya insprator muda, Intelek pesantren yang handal dan Organisatoris yang tangguh.

Imam ghazali berkata : Jika rumahmu dekat dengan sungai maka ajarkanlah ia berenang agar ia tak tenggelam esok hari, jangan malah engkau takut-takuti.
Jika hidupmu memasuki zaman teknologi coba pahami dan mengerti, agar kelak engkau tak terjebak dan tertipu lagi.

Khidmah dan istiqomah adalah konsekuensi
Namun inspirasi jangan pernah berhenti...

Ngapunten.....
Aku terlalu cinta kamu lirboyoku...

Rabu, 06 Oktober 2010

TAUBATAN NASUHA


Entah berapa banyak dosa yang telah aku lakukan, dan sekaligus betapa besar dosa yang telah aku perbuat, namun tetap saja rasa hati ini nyaris tanpa penyesalan, padahal sudah teralu besar dan memalukan aku dan keluargaku...
sebetulnya aku sangat tidak layak dikatakan sebagi seorang santri bila aku ingat kembali betapa banyak dosa yang aku lakukan.
Ya Allah gusti, andai waktu bisa terulang, ingin rasanya aku hentikan semuanya agar tak lagi menjadi penyesalan sesaat..
Ya Allah tuhanku bukakanlah pintu hati ini, agar dosa-dosa yang lalu dapat jenengan ampuni, dan aku tak melakukannya lagi...
berikanlah petunjukMu, agar hidup ini tak lagi dalam bayang-bayang dosa yang teramat menyiksa.

Allahummaghfirli alaa kuli dzunubzi...
Hapus semua dosaku ya Allah....

Rabu, 26 Mei 2010

JALAN TERJAL MENUJU PERUBAHAN

Meski berat dan sangat terasa berat, tapi akan ku perjuangkan bentuk dan model LIrboyo yang lebih dinamis, kuat dan moder. Tanpa harus mengesampingkan tatanan yang ada, semua harus berjalan dengan seimbang.

Meski ini mendapat tentangan dari banyak pihak namun kuyakin aku akan berhasil ... amin

Jumat, 23 April 2010

SUKSES UNTUKMU WAHAI ADIKKU


Hari ini merupakan hari yang besejarah bagi keluargaku, adikku M. Lukman SH akan meninggalkan kampung halaman untuk mengemban amanat dari Negara, angan dan cita-cita yang selama ini ia bangun dan angankan telah ada digenggaman tangan, selangkah lagi ia akan menjadi sosok yang dibanggakan oleh keluarga sederhanaku.

Meski kepergiannya untuk menyongsong tugas dan tentunya akan membanggakan bagi keluarga, namun aku yakin ibu masih diliputi rasa cemas dan rasa rindu yang mendera, sebab selama ini adikkulah yang dekat dengan ibu, memahami bahasanya dan bisa membimbingnya. Itulah salah satu alasan aku tidak ingin pulang walaupun hanya sekedar untuk mengucapkan selamat jalan kepada adikku, sebab aku tak mau larut dalam kesedihan karena melepas keopergiaannya tuk capai cita-citanya yang mulia.

Do'aku akan selalu menyertaimu dik, semoga tercapai apa yang selama ini kau inginkan dan apa yang selama ini kau banggakan.

Untuk Adikku tersayang M. Lukman SH.

Senin, 29 Maret 2010

DI USIAKU YANG TIGA DASAWARSA

Dasawarsa ke 1
Pada fase inilah, aku mulai bisa menerjemahkah bahasa dan tulisan, dengan bimbingan khas orang tuaku, awalnya aku merasa, beliau berdua bagaikan dua orang algojo yang kejam nian, menghajar, mendamprat dan menyiksa diriku, Pengawasan yang berlebihan terkadang membuat aku jenuh dan berontak, namun aku tak sadar jika sebenarnya itulah tameng dasar yang bapak dan ibu berikan.
Pada saat-saat itulah, aku belajar kehidupan secara dasar kepada lingkungan sebayaku, meski aku rasakan kesederhanaan (bahkan mungkin bisa dikatakan miskin materi) dalam kehidupanku, namun aku tak sadari, bahwa kelak itulah gemblengan awal untuk mencapai predikat mandiri.

Dasawarsa Ke 2
Dalam fase kedua ini, layaknya insan muda yang sedang dirundung asmara, hari-hariku banyak dipenuhi puisi-puisi roman dan kata-kata pujian bagi sang dambaan. Aku terlalu polos dalam berfikir dan terlalu jujur dalam berkata, hingga suatu ketika aku terjerembab jatuh dalam kubangan putus asa, butuh waktu lama untukku agar bisa bangkit lagi, sungguh sakit kala aku ingat saat itu.
Dalam fase inilah, aku mulai benar-benar bangun dari tidur panjangku sebagai manusia, hal ini berawal kala sang penuntun jiwa yang bernawa Ustad Nuryatim, pergi untuk selama-lamanya, bapak wafat dalam usia 54 tahun, usia yang sangat muda untuk meninggalkan aku, disaat aku masih benar-benar butuh pituturnya. Namun dibalik hijrahnya bapak, aku temukan hikmah besar... aku bisa mandiri.


Dasawarsa ke 3
Fase inilah, aku benar-benar bangkit!
Dimulai dengan hijrahku ke Ma'had super agung bernama Lirboyo, awalnya sangatlah berat bagiku untuk memulai hidup baru yang serba mandiri ini, penuh penderitaan dan penyesalan, kok ga dulu-dulunya aku berangkat mondok. meski terengah-engah dengan kondisi otak yang dibawah rata-rata ini, aku tetap berusaha merangkak bahkan tiarap, untuk dapat mengejawentahkan bahasa kehidupan ini, agar Kehidupan bisa dinamis dan seimbang dengan ilmu addin...
Satu hal pasti, disinilah aku bisa betul-betul mandiri bahkan aku bisa menemukan Jatidiri, Kepemimipinan, norma kesopanan dan entah apalagi yang bisa mewakili kata-kata syukurku atas keberadaanku sekarang ini, mungkin jika gusti Allah tak menunjukkan jalanku di Lirboyo ini, hari-hariku hanya dipenuhi gelak tawa di pojok-pojok perempatan jalan dengan Botol Whisky ditangan kiri dan lintingan ganja di tangan kanan.... Matur suwun sanget Lirboyo, mungkin nyawaku sekalipun, tak akan bisa membalas budi jasa yang telah tersematkan.
Dan kini tepat di usiaku yang benar-benar separuh dari seluruh perjalananku ini, dan dengan semua yang aku miliki sekarang ini, hanya satu yang aku harapkan, mugo-mugo uripku tansah Barokah, tak lebih. Sebab dengan semua yang ada didepanku saat ini, keluarga, harta, Posisi dan teman, sungguh amat sangat sudah lebih dari cukup...
Mugo-mugo, hidupku bukan menjadi benalu dan songgok daging tanpa ruh layaknya seorang pecundang, namun mampu menjadi pelita bagi ibuku, kakak dan adikku, teman dan pastinya Guru-guruku. Semoga barokah Amin......

Sabtu, 13 Maret 2010

PERKENANKAN AKU MATI


Entah dihari ini, mengapa segalanya terasa gelap bagi mataku, aku bagai hewan yang tak ada guna dan manfaat, aku hanyalah benalu yang tak lebih berharga dari seonggok daging anjing. Aku hanyalah sampah bagi pondokku yang agung ini, aku hanyalah membawa aib bagi keluargaku, aku hanya mampu bersuara tanpa bisa melakukannya

Duh gusti, perkenankanlah hambamu ini hijrah dari dunia yang benar-benar fana ini menuju dekapanmu yang maha suci dan tanpa lagi harus menanggung beban hati, pikiran, dan perasaan. Hambamu yang bodoh dan hina ini tak ingin lagi tersiksa dalam dosa yang memuncak, hamba tak lagi sanggup untuk berbuat dosa lagi, hamba tak mau lagi beribadah dengan kebusukan dan kebohongan lagi, hamba menginginkan kebahagian yang haqiqi. tanpa harus menggung beban hidup yang tiada tara berat dan rasanya.

Ya Allah tuhan yang maha sempurna hamba memohon kepadamu, jika hidup hamba kelak tak lebih baik dari hari ini, hamba mohon renggutlah nyawa hamba agar tak lagi dosa bertumpuk dan bertumpuk lagi, namun jika hamba kelak dapat hidup dengan beribadah secara kaffah, maka perkenankanlah hamba untuk betul-betul hidup untuk memulyakan agama yang engkau ridloi….

Senin, 15 Februari 2010

MENGAPA AKU TAK BISA MELUPAKANNYA


Sedari awal aku sudah ragu, akankan aku mampu untuk meniadakan bayangannya dalam nafasku, sosok polos dan tak berdosa, dan benar-benar mengharapkan sekaligus merindukan kehadiranku. Aaahh… ternyata sulit dan teramat sulit bagiku untuk melupakannya begitu saja, dia terlalu baik untuk di tinggalkan, dia terlalu jujur untuk aku tipu dan dia terlalu polos untuk aku jamah….

Aku bingung… harus bagaimana dan kemana, nafas cinta yang berhembus, akankan senyap lagi? Bait-bait cinta yang aku dendangkan akankah berubah menjadi lolongan penuh kesedihan?

Oalah gusti…… hambamu yang picik dan naïf ini tak sanggup berkata jujur, hambamu yang benar-benar bodoh ini ta sanggup menelaah kehidupan. Masih saja terjerumus dalam jurang kealpaaan....

Oalah gusti….. Haruskah aku kianati cinta suci ini dan bersimpuh dihadapan ibu lantas berujar “sendiko dawuh ibu…” ataukah justru harus sebaliknya aku lari dengan cintaku dan bermukim didunia antah berantah namun dengan berteman laknat dan hujat sang bunda….
Oalaaah embuuuh….

Aku bagaimana dan harus bagaimana…

www.mumet.com

Minggu, 07 Februari 2010

MUGO-MUGO SELAMET


Siang tadi, ada kasus besar yang terungkap dalam pondok pesantren LIrboyo, sebuah penyalah gunaan wewenang oleh salah seorang pengurus pondok, untuk kepentingan pribadinya. singkat cerita, awalnya pengurus itu adalah keamanan pondok yang mempunyai akses untuk masuk kesemua lini termasuk pondok putri, nah yang disayangkan adalah, justru keamanan tersebut menggunakan amanah yang telah lama disematkan di pundaknya tersebut dilanggar dan ia justru mempersilahkan orang lain, yang nota bene bukanlah muhrim, masuk kekawasan steril tersebut. yang bikin miris hati selain pasangan yang bukan muhrim tersebut bersua, namun pasangan itu juga melakukan hubungan yang diharamkan, terbukti dari foto pribadi yang terpampang di hapenya, ada foto berdua yang tidak berbusana. masya Allah...

Hatiku langsung membeku, sekilas apa yang selama ini aku lakukan nyaris sama dengan apa yang dilakukan oleh sejawatku tersebut, meski aku tak separah yang dilakukan oleh keamanan dan pasangan bukan muhrim ini, namun aku telah mengirimkan salam padanya, menerima surat darinya. Mungkin merupakan sebagian dari dosa besar yang telah aku lakukan kepada kyaiku.

Kepercayaan yang aku sandang, dari beliau, ternyata aku mengkhianati beliau, amanah dari para masyayikh telah aku telantarkan, sungguh hina dina diriku... mengapa tega aku mengkhianati beliau, sungguh bodoh aku mengapa berani menipu beliau, padahal beliau begitu tulus mendoakan kita, merawat kita dan menyayangi kita...

Ya allah muga paring kawulo keslametan saking fitnah dunyo, fitnah akhirah ugi fitnah Kabirotul Zinna...
salimna ya Rabbb...

Minggu, 24 Januari 2010

BELIAU BERNAMA KYAI KAFABIHI

Santun dan dan bersahaja, itulah sosok Kyai Haji Abdulloh Kafabihi Mahrus, salah satu masyayikh Lirboyo yang sederhana dan istiqomah dalam menjalankan ibadah. Meski status beliau sebagai salah satu pengasuh Pondok sebesar Lirboyo, hal itu tidak lantas membuat beliau mejadi tinggi hati dan congkak, namun justru kebalikannya, beliau malah tawadlu sederhana dan bersahaja, hal ini terbukti tatkala ada santri yang sekedar sowan dan bersilaturohmi kepada beliau, maka sisantri tersebut bakal mendapatkan perlakuan sama seperti tamu-tamu umum lainnya, sehingga mayoritas para santri akan merasa sangat hormat kepada beliau.

begitu juga dengan aku, kala suatu ketika aku diberi kesempatan untuk dere'ne beliau, disitulah aku mendapatkan kesempatan untuk mengenal beliau lebih jauh, karakter keluarga beliau dan juga kritik beliau terhadap para santri. meski beliau sudah mempunyai derajat sekelas masyayikh namun beliau masih saja meminta pendapat seorang cecunguk bernama arif Noer ini, padahal aku hanyalah manusia hina dan tak sepadan dengan kemulian dan keagungan derajat beliau, namun dengan santun beliau tetap mendesak, meminta masukan dan ide-ide tentang keluarga dan pondok yang diasuhnya.

Satu lagi hal yang tak akan dan tak akan pernah aku lupa, yakni kala usai menempuh perjalanan jauh menuju kampung halaman, padahal rasa lelah dan kantuk tlah menghinggapi kami bertiga, namun beliau berkenan menyiapkan hidangan dengan tangan beliau sendiri....

ya Alloh mugi paring kesihatan lan kesaenan kagem guru kulo Kayi Haji Abdulloh Kafabihi Mahrus dan segenap kyai kulo wonten Ma'had Lirboyo....
Amin..

Selasa, 12 Januari 2010

TIGA HARI BERSAMA SANG MAHA GURU


Beberapa hari yang lalu, baru saja aku reguk anugerah tertinggi dalam levelku sebagai santri dengan kapasitas otak yang lumayan rendah, yah... aku dengan segala keterbatasan ku ini, dipercaya oleh beliau Hadlrotus Syaikh Romo KH. M. Anwar Manshur, untuk aku derekkan, selama tiga hari itu aku bisa melihat dengan mata kepalaku sendiri betapa welas dan asihnya seorang Mbah Yai Anwar, padahal dengan kondisi beliau yang sudah sepuh, beliau masih kuat untuk menyapa dan melayani permohonan dari para alumni yang bermacam-macam.

Beliau begitu santun untuk menyapa dan menuruti semua permohonan segenap Alumni, selama tiga hari itu, aku merasakan kepayahan yang luar biasa dalam tubuhku, tulang-belulang terasa terkoyak dan kelelahan yang teramat sangat, peluh ini kadang menetes mengalir tanda betapa lelahnya diri ini. Namun hal ini ternyata tak berlaku pada beliau Mbah Yai Anwar, beliau tampak sehat segar dan bugar, tanpa sedikitpun merasa lelah dan sakit, beliau ikuti semua agenda kegiatan Turba Himasal tersebut sampai tuntas, meski aku rasakan jadwalnya mbulet dan ruwet. Namun dengan ringan beliau hanya bilang “biarlah ini semua menjadi hikmah bagi kita semua”

Sejenak, mari kita flash back kebelakang, membuka kembali serpihan memori yang tersisa dari otak mungilku, sebuah memori hina dari pandangan sempitku, sebuah memori yang memperlihatkan betapa hina aku, sehingga aku hanya melihat beliau hanyalah seorang keras dan disiplin dalam bertindak, tanpa aku lihat sisi lain dari kehidupan beliau. Aku hanya melihat beliau hanya dari sudut pandang emosional saja, tanpa aku lihat sisi keagungan seorang Mbah Yai Anwar. Aku hanya melihat seorang pribadi yang congkak dan lugas dalam berbicara, tanpa aku ketahui apa yang beliau lakukan tatkala malam menjelang, dan tanpa aku ketahui betapa istiqomah beliau mendekatkan diri pada Gusti Allah Swt.

Namun lambat laun tatkala aku lihat secara rinci dan bertahap, ternyata pandanganku terhadap Mbah Yai Anwar sungguh-sungguh sangat amat beda, disinilah aku mulai bisa singkap tirai yang selama ini menutupi wajahku, aku mulai bisa memandang dengan mata hati dan bukan dengan emosi, beliau ternyata orang yang konsekuens dengan perkataannya, orang yang welas dan luhur budi pekertinya, orang yang mengerti dengan keadaan dan situasi disekitarnya, dan entah kata-kata apa lagi yang bisa menggambarkan betapa sempurna sosok KH. Anwar Manshur.

Dari sini aku hanya bisa berdo’a dan berharap dengan segenap hati semoga, dan semoga diri ini aku selalu diakui sebagai santri beliau, meski tak banyak nasehat dan petuah beliau yang aku lakukan, salah satunya adalah kemempengan. Mungkin dari dari kesalahan yang pernah aku lakukan, namun dengan permohonan yang betul-betul muncul dari sanubariku aku memohon kepada sang khalik agar aku kelak dipertemukan kembali dengan beliau dalam surganya.

Kantor Al-Muktamar 06 Januari 2010 sore Hari