Ia sebenarnya masih kelas 3 Ibtidaiyyah, sebuah usia yang relatif sangat belia untuk berjuang sendirian, usia yang sangat membutuhkan pendampingan dari orang Tua, dan usia ceria bagi dirinya dan sebayanya untuk bermain dan tertawa riang, Namun justru diusia emas inilah, kami berdua berfikir bahwa ia harus dibekali modal dasar dalam pemikiran yang benar-benar kokoh dalam ibadah, modal pemikiran dasar yang akan menjadi pelindungnya dari ancaman dan teror keimanan di masa yang akan datang.
Jika ditanya kenapa anda sebegitu teganya melepaskan anaknya di Pesantren. Tentunya sebagai manusia biasa yang tak luput dari dosa, jelas ini adalah pertanyaan berat yang harus kami jawab, orang tua mana yang rela berpisah dari anaknya, orang tua mana yang tega membiarkan anaknya terpisah jauh, bahkan jujur saja, salah satu ujian hati yang kami berdua alami adalah berpisah dari anak sendiri, tak jarang secara bergantian kami menitikkan airmata menahan kangen, namun kami saling menguatkan dan saling bertahan, karena tak jarang banyak orang yang menghujat keputusan berat ini.
Dan jika kita melihat realita yang ada, hari demi hari ancaman itu semakin nyata, sedikiti demi sedikit pengaruh media sosial dan pengaruh lingkungan semakin menjamuri pola pikir anakku, terkadang ia mulai berani berbohong, berani melawan ketika diperintah ibadah dan entah apa lagi, yang membuat kami resah dan takut tentang masa depannya.
Pada Akhirnya dengan tegas kami sepakat untuk memondokkan ia, dari pada kami dan ia menangis dimasa depan menyesali kesalahan yang terjadi dimasa kini, akan lebih baik kami korbankan rasa rindu dan kangen ini untuk kebaikkanya di masa yang akan datang.
Saya teringat sebuah ungkapan seorang bijak, yang berkata, jika rumahmu di dekat sungai, maka ajarkan anakmu berenang, jangan hanya ajarkan anakmu berlari dari kepungan banjir dan aliran sungai, karena suatu ketika disaat air bah datang maka anakmu bisa menyelamatkan dirinya sendiri... Dan hal itulah yang saya lakukan. saya harus membekalinya ilmu ilmu dasar ibadah dan mengajar kebiasaan kebiasaan baik dalam keseharian.
Selamat berjuang anakku sayang, percayalah ini adalah bentuk sayang Bapak sama kamu nduk, bukan malah sebaliknya, bapak membenci kamu dan membuang kamu, tapi ini karena bapak sayang sampean.
Bak tahu kamu menyimpan rasa kangen yang tiada terhingga sama bapak dan ibu, tapi simpan rasa rindumu Nduk. Pasti kita akan kembali lagi dalam kebahagiaan dan keindahan sekaligus kenikmatan beribadah.




Tidak ada komentar:
Posting Komentar