SELAMAT DATANG

Assalamu'alaikum Warahmatullohi Wabarakatuh

Selamat datang para pengelana dunia maya.
Selamat datang diduniaku, dunia sederhana yang dipenuhi dengan kebebasan dalam berekspresi,
namun tetap mengedepankan Ahlaqul karimah,
tanpa takut oleh tekanan dari manapun, dan jauh dari diskrimininasi budaya, hukum, martabat, derajat dan pangkat.

Ini adalah suara murni hatiku,
yang terangkai dalam dalam bentuk kata-kata,
entah jelek entah bagus, namun inilah aku yang jujur dalam berfikir dan berkata.

Moga ada guna dan manfaatnya

Amin Amin Ya Robbal Alamin

Minggu, 29 Mei 2011

BALADA PENJAGA KANTOR

Hampir sepuluh purnama lamanya, aku menjadi orang yang mbahu rekso kantor Kecil namun penuh dengan karisma ini, dan diwaktu yang lumayan singkat itu pula, aku menemukan seabreg kenangan yang tak akan aku lupakan, karena di Kantor kecil inilah puluhan insan Lirboyo menjadi besar.

Hari-hari aku lewati dengan menghadap dua unit telephon kabel kuno, yang menjadi sarana komunikasi resmi bagi santri. Tanpa aku sadari, dengan mendengar suara yang sedang berbicara itu, aku bisa memahami berbagai macam karakter, bentuk dan sifat manusia, meski hanya dengan sebatas suara. Berbagai macam kepentingan muncul disana, mulai rasa rindu orang tua terhadap anaknya, anak yang merengek meminta tambahan uang saku, hingga ungkapan kangen seorang kekasih kepada belahan hatinya meski dengan mencuri-curi waktu dan kesempatan.

Ada kalanya, dengan si santri riuh renyah mereka tertawa bercanda dengan orang tuanya, ada yang justru dengan bercucuran air mata dan tersenggal-senggal nafasnya, mendengar kabar salah satu kerabatnya yang berpulang. Sungguh beraneka rona bentuk komunikasi manusia.

Berbeda dengan telephone, bentuk tamu yang singgah ke Kantor Pondok Lirboyo justru lebih beragam, mulai dari yang sekedar mengunjungi kerabatnya, curhat sampai dengan yang terang-terangan meminta sumbangan dana.

Salah satu tamu yang menurut memoriku lumayan berkesan adalah tatkala adalah seorang tamu wanita dengan keadaan tergopoh-gopoh ingin bertemu dengan pimpinan Pondok, setelah aku persilahkan duduk, dengan tegas ia ingin mendapatkan pencerahan, aku bingung dengan maksudnya, lantas sedikit demi sedikit ia uraikan gundah dalam hatinya, hingga air mata meleleh tanpa henti menceritkan betapa pilu hatinya. Tak kusangka dalam kondisi seperti itu, orang yang harusnya menjadi pelindung malah justru kabur meninggalkannya. Huft sungguh kisah yang engharukan, ujarku dalam hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar