SELAMAT DATANG

Assalamu'alaikum Warahmatullohi Wabarakatuh

Selamat datang para pengelana dunia maya.
Selamat datang diduniaku, dunia sederhana yang dipenuhi dengan kebebasan dalam berekspresi,
namun tetap mengedepankan Ahlaqul karimah,
tanpa takut oleh tekanan dari manapun, dan jauh dari diskrimininasi budaya, hukum, martabat, derajat dan pangkat.

Ini adalah suara murni hatiku,
yang terangkai dalam dalam bentuk kata-kata,
entah jelek entah bagus, namun inilah aku yang jujur dalam berfikir dan berkata.

Moga ada guna dan manfaatnya

Amin Amin Ya Robbal Alamin

Selasa, 03 Februari 2015

DERITA YANG NYARIS SEMPURNA



Hantaman caci maki dan hempasan hinaan seakan datang bertubi-tubi menghampiriku, tak ada kesempatan untuk bernafas bahagia sekejap pun, semua seakan tertawa bahagia diatas rintihanku, penderitaanku ibarat opera komedi yang memancing tawa mereka, padahal pedih dan perih menyayat luka ini.

Senyum simpulku hanyalah pemanis dibibirku, tapi sejatinya aku meronta berteriak hampa, jiwa yang gersang ini seakan tak ada yang peduli, dibiarkan menua dan terus menerus menua. Jangankan manja manis seorang kekasih halal, pujian dan sanjungan wanita Kekasih gelappun aku tak punya, benar2 serasa sepi hidupku ini, hanya berisi tari-tarian hampa dan nyanyian-nyanyian sunyi. Entah sampai kapan aku kelak akan sanggup bertahan hidup sebatang kara seperti ini. Berat nian untuk sekedar mendapatkan kata restu dari sang Bunda, terlalu banyak syarat yang d sodorkan, kekayaan, keturunan, keahlian dan kepribadian, apakah ini siksaan atau justru alat meningkatkan tingkat derajat kemuliaan.

sakit sekali
Selain kisah asmara yang kandas, banyak hal yang menjadi pelengkap atas siksaku selama ini. Sobat dan kawan dekat yang selama ini Aku percaya malah menusukku dari belakang, kepercayaanku yang meninggi langsung seakan kandas. Beberapa barang yang diamanahkan kepada ku seakan musnah ta berbekas, sakit nian hingga tak sempat aku mengeluh, tega benar... Anehnya dengan tanpa bersalah ia justru berlenggang dengan kekasihnya, yang aku anggap adik itu, kembali senyum kemenangan menyeruak disela-sela permainan online itu.

Setelah asmara dan pengkhianatan yang terjadi, selanjutnya kisah kesakitanku adalah materi... Tabunganku terkuras habis dan musnah ditengah hingar bingar pesta pora yang konon tak tertandingi seantero kampung, dan tabunganku juga terpinjamkan kepada sanak famili yang kebetulan dalam kondisi pailit, namun kenapa harus aku yang dikorbankan...???
Kenapa, padahal yang mendapat sanjungan dan penghormatan kata mulia adalah justru sang bunda dan kakanda, dengan mengabaikan rasaku... Apakah kurang pengabdianku, apakah kurang ta'dzimku...

Entah ini sebuah perih yang tak terkira ataukah justru sebuah tangisan yang membanjiri hari-hariku, jeritan tanpa suara dan Tangisan tanpan airmata seakan menjadi makian wajib yang aku susuri jalannya setiap hari, senyuman terpaksa dan tunduk hurmat tersiksa selalu menari dalam kesedihanku.

Entah kenapa tak ada yang peduli dengan perih ini, kenapa tidak ada yang menyadari rasa sakit ini, apakah karena dianggap sebagai budak tak berguna sehingga sekedar berbahagiapun aku ta diberi kesempatan, sakit nian.

Kesendiran menyusuri lorong kehidupan kejam ini terus aku jalani sendiri tanpa henti, tercabik meronta dan mengemis memohon bahagia...

Kemana lagi aku akan mengusir derita ini, gemilang dan gelimang derajat, ternyata hanya simbol aniaya siksa mereka padaku semata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar