SELAMAT DATANG

Assalamu'alaikum Warahmatullohi Wabarakatuh

Selamat datang para pengelana dunia maya.
Selamat datang diduniaku, dunia sederhana yang dipenuhi dengan kebebasan dalam berekspresi,
namun tetap mengedepankan Ahlaqul karimah,
tanpa takut oleh tekanan dari manapun, dan jauh dari diskrimininasi budaya, hukum, martabat, derajat dan pangkat.

Ini adalah suara murni hatiku,
yang terangkai dalam dalam bentuk kata-kata,
entah jelek entah bagus, namun inilah aku yang jujur dalam berfikir dan berkata.

Moga ada guna dan manfaatnya

Amin Amin Ya Robbal Alamin

Kamis, 22 Maret 2012

SIDUNGU YANG TERTIPU


Dengan perasaan gontai dan lunglai, seorang lelaki muda langkahkan kakinya menuju kamarnya yang sederhana tak jauh dari Masjid bersejarah di Pesantren tua itu, terseok dan tanpa gairah terlihat, tiada sedikitpun senyum yang tersungging dibibirnya, hanya tatapan mata kosong, tanpa arti.

"Ya Allah... Betapa tega ia Khianati aku.." itulah sebait kata tanpa nada yang berulang kali terlontar dari mulutnya, setelah ia sampai dikamar, ia hempaskan tubuhnya hingga terhuyung di pojok kamar, lantas dengan malas ia tutupi kedua matanya dengan lengan tangan, sembari membuka serpihan memori terkelam dan tersakit, yang pernah ia rasakan.

Betapa tidak! Seseorang yang ia harap mampu menjadi pendamping dimasa datang, susah maupun senang, sehat mupun sakit dan kaya maupun miskin. Dengan tega menduakan cintanya. Betapa mengiriskan hati manakala seseorang yang akan ia harapkan menjadi ibu dari anak-anaknya dan menantu dari ibunya. Tega mencari persinggahan hati selain dirinya.

Padahal, tak sedikitpun terbersit dalam benaknya, untuk sejenak singgah di dermaga hati yang lain. Tak sedikitpun ada niat dihatinya untuk mendua, bahkan tak ada sedikitpun kata hati untuk berbuat yang sangat licik, yakni Selingkuh!

Dengan nafas berat, lelaki itu mulai mengatur serpihan kehidupan yang terserak, tata hati yang telah lebur dan harapan semu yang tak berkesudahan.

kekasih yang sangat ia cintai dengan segenap jiwa, tega berpaling dan mendua dengan kekasihnya terdahulu, padahal sang kekasih sudah berjanji dan mengikrar diri, untuk tidak berpaling darinya dan tidak akan meninggalkannya. Bahkan sang kekasih, dengan tanpa berdosa melakukan pertemuan dengan sang mantan, ditengah dinginnya malam di tempat yang dirahasiakan.

Tanpa disadari, beberapa tetes air mata meleleh dari sudut mata lelaki muda tersebut, dengan pelan ia tanggalkan kacamatanya yang usang, lantas ia biarkan matanya berkaca-kaca menahan sakit dan perih yang tiada terkira. Ia tak habis pikir, betapa mudah ia khianati kemurnian cintanya, mengapa dengan kejam ia tinggalkan kesetiaan dari dalam hatinya. padahal tidak sedikit waktu dan pikirannya yang terampas untuk menhamba kepadanya, entah berapa lembar rupiah yang telah musnah, untuk sekedar memanjakannya, dan entah berapa pertikaian kecil yang terjadi, antara sang lelaki dengan emaknya di kampung, gara-gara ngotot ingin mempersuntingnya.

Mengapa....
Dan mengapaaaa...!!!
Dengan tega wanita cantik tersebut, mengumbar kata-kata mesra dengan dengan sang mantan, dengan menggunakan telepone genggam persembahan laki-laki tersebut bahkan beberapa point pulsa yang tersaji, merupakan hadiah darinya.

Detak jantung laki-laki berkacamata tersebut berdetak kencang menahan gemuruh emosi, ia di khianati, ia di duakan, ia di tinggalkan, ia di abaikan dan ia di selingkuhi. Gemeretak giginya menyatu dengan nafas yang tak beraturan.

Setelah beberapa saat ia tertindas rasa sakit tak terkira, tiba-tiba suara adzan mengalun dengan merdu, laki-laki muda tersebut merasa adzan kali ini benar-benar menembus ruang hatinya. Dengan bergegas laki-laki muda tersebut menuju tempat wudlu di sudut pondok tua itu. Ia basuh mukanya yang kusut dengan air kehidupan yang segar, namun ternyata rasa sakit itu tak kunjung sirna, hingga akhirnya air matanya kembali keluar menyatu dengan air wudlu. Lama nian laki-laki tersebut berwudlu, rupannya selain menanggalkan hadast kecil, ia juga mengusap hadast hati yang selama ini ada.

Tanpa ia usap sedikitpun air wudlu di badannya, ia berganti baju dengan yang lebih bersih, beberapa tetes air hinggap di baju itu, namun lelaki tersebut tak peduli. lantas ia langkahkan kembali kakinya, kali ini derap langkahnya betul-betul mantap dan tegap, ia kembali menuju Allah SWT, ia kembali menuju Mengais ilmu. Disela-sela langkah tegas itu dia berujar "selamat tinggal cinta, selamat tinggal masa kelam, terima kasih telah engkau berikan, makna dalam tentang arti sebuah kepercayaan..., biarkan aku melangkah tanpa sedikitpun terbayangi wajahmu, semoga engkau temukan kebahagiaan yang sebenarnya, tanpa ada kebohongan dan tanpa ada yang tersakiti.... Selamat jalan duhai wanita..." akhirnya lelaki muda tersebut lenyap ditengah-tengah hamparan santri yang tengah mengharapkan tetesan nikmat dari sang Azza Wa Jalla...
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar