SELAMAT DATANG

Assalamu'alaikum Warahmatullohi Wabarakatuh

Selamat datang para pengelana dunia maya.
Selamat datang diduniaku, dunia sederhana yang dipenuhi dengan kebebasan dalam berekspresi,
namun tetap mengedepankan Ahlaqul karimah,
tanpa takut oleh tekanan dari manapun, dan jauh dari diskrimininasi budaya, hukum, martabat, derajat dan pangkat.

Ini adalah suara murni hatiku,
yang terangkai dalam dalam bentuk kata-kata,
entah jelek entah bagus, namun inilah aku yang jujur dalam berfikir dan berkata.

Moga ada guna dan manfaatnya

Amin Amin Ya Robbal Alamin

Selasa, 25 Januari 2011

MENDENGAR NURANI YANG LAIN


Entah apa yang ada dibenak mereka, sehingga sering kali Pondok Pesantren dijadikan persinggahan terakhir atas segala keluh kesah yang mereka hadapi. Dengan beragam permasalahan yang ada mereka mencari sebuah pencerahan meski sekilas pintas, dengan harapan mereka akan menemukan solusi. Begitu pula aku, sebagai penjaga pintu di Pondok Agung ini, tak jarang aku menemukan banyak keluh kesah atas himpitan dari masyarakat umum. Mulai dari himpitan ekonomi, masalah keluarga hingga penyakit yang tak pernah sembuh.

Seperti yang hari ini aku alami, seorang ibu muda yang tergesa-gesa bertanya tentang cara bertemu dengan seorang yang Wira’I dan konon mempunyai indra ke-6, setelah aku jelaskan keberadaan Kyai tersebut, dengan setengah memelas dia mulai menceritakan permasalahan yang mendera dia dan keluarganya, Mulai dari statusnya yang janda, kakaknya hingga keponakannya yang diteror mahluq halus.

Secara runtut dan jelas ia menceritakan semuanya, terkadang ia menggunakan intonasi suara yang tinggi mengungkapkan gejolak emosi didadanya dan sesekali ia lelehkan air mata mengisahkan semua penderitaannya. Terus terang aku trenyuh dengan beragam kisah sedih yang menimpanya, seakan sudah terlalu banyak musibah yang disandangnya, andaikan aku yang mengalaminya mungkin aku tak akan setegar dia.

Melihat realita diatas, hari ini suara kita ternyata masih dibutuhkan oleh mereka, oleh orang-orang yang terhimpit beban didada dan orang-orang yang berputus asa, lantas sebagai manusia yang di anggap mampu menelaah dan menyelaraskan hati dan jiwa, apakah akan kita tinggalkan mereka…? Dalam tangisan, dalam rintihan tak berujung. Justru kita yang harus tampil didepan menyelamatkan mereka, berikan obat hati yang ringan, petuah-petuah indah sehingga mereka bisa menatap hari ini, esok dan lusa dengan lebih siap, meski tak sepenuhnya musibah telah berakhir. Paling tidak beban di hati akan berkurang. Oleh karenanya jangan tinggalkan mereka, namun bantu mereka.

Meski kadang kita dianggap mahluq pinggiiran yang udik dan kudisan, yang kerap kali mendapatkan diskriminasi perlakuan sosial, ternyata suara kita masih dicari. Oleh karenanya jangan merasa rendah kawan

1 komentar:

  1. Alhamdulillah kabar baik pak Aristiono, trims berkenan mampir ke blog sederhana saya... Insya Allah saya akan membaca tulisan-tulisan bapak

    BalasHapus