SELAMAT DATANG

Assalamu'alaikum Warahmatullohi Wabarakatuh

Selamat datang para pengelana dunia maya.
Selamat datang diduniaku, dunia sederhana yang dipenuhi dengan kebebasan dalam berekspresi,
namun tetap mengedepankan Ahlaqul karimah,
tanpa takut oleh tekanan dari manapun, dan jauh dari diskrimininasi budaya, hukum, martabat, derajat dan pangkat.

Ini adalah suara murni hatiku,
yang terangkai dalam dalam bentuk kata-kata,
entah jelek entah bagus, namun inilah aku yang jujur dalam berfikir dan berkata.

Moga ada guna dan manfaatnya

Amin Amin Ya Robbal Alamin

Jumat, 28 Januari 2011

KALA ISLAM DIUSIK DI PULAU DEWATA

Syahdan, tersebutlah dua pemuda Islam bernama Fuad dan Aziz, mereka berasal dari sebuah kota kecil dipesisir utara jawa timur, sejak tahun 2000 kedua pemuda muslim itu Hijrah kepulau Bali dan bertempat pada sebuah desa kecil disebelah utara Kabupaten Bangli Bali. Fuad dan Aziz menyewa sebuah rumah mungil yang sangat sederhana untuk dijadikan hunian sementara, padahal harga sewa rumah tersebut amatlah mahal untuk standar harga sewa rumah pada umumnya.

Berbekal kemampuan dalam ilmu masak-memasak, Fuad dan Aziz mendirikan sebuah warung yang mungil dan sederhana bernama “ Soto lamongan “. Pada awalnya warung mereka sepi tanpa pembeli, namun lambat laun kesabaran dan keuletan mereka membuahkan hasil, tiap hari ada saja orang yang makan ditempatnya, malahan ada yang sudah menjadi pelanggan tetap, Setelah satu tahun berselang mulailah warung itu menampakkan hasil, bahkan keduanya sudah mampu membeli motor.

Namun semua langsung berbalik, ketika peristiwa bom Bali I terjadi, satu persatu pelanggan mereka mulai menjauh dan tak sudi lagi makan ditempat mereka dengan alasan Fuad dan aziz beragama islam, tak pelak keadaan ini merugikan terhadap usaha yang mereka rintis, sebab banyak sekali dagangan mereka yang terbuang sia-sia karena tidak laku, kalupun ada yang beli mungkin itu hanya satu dua orang, itupun warga muslim yang ada disekitar mereka, perlahan namun pasti warung mereka akhirnya menjadi sepi tanpa pembeli, namun dengan tabah Fuad dan Aziz berusaha untuk bangkit, mereka berusaha meyakinkan kepada Publik, bahwa agama Islam tidak seextrim dan seganas yang mereka bayangkan, pada awalnya usaha Fuad dan Aziz sia sia, perlahan namun pasti usaha keras mereka mulai menampakkan hasil, warga sekitar akhirnya mulai bersahabat dan bersedia kembali menerima keberadaan Fuad dan Aziz, namun meski demikian ternyata masih ada saja pihak-pihak yang tidak menyukai kehadiran mereka, terbukti, setiap hari hinaan dan teror kerap kali mereka terima namun dengan tabah dan sabar mereka menerimanya.

Untung tak dapat diraih dan musibah tak dapat ditolak, tatkala Fuad dan Aziz mulai menikmati hasil dari jerih payah yang mereka bangun selama ini. Pertengahan bulan November 2005 tiba tiba pulau Bali diguncang oleh Bom II, meski korban yang ditimbulkan dari Bom kali ini tak sebesar Bom Bali I, namun masalahnya, dampak yang ditimbulkan dari bom tersebutlah yang cukup besar dan akhirnya sekali lagi hanya karena sipelaku bom bunuh diri tersebut beragama Islam, kemudian Masyarakat Bali langsung menvonis Fuad dan Aziz termasuk dari bagian pelaku bom, dan akhirnya kisah tragis itu terulang lagi, satu persatu para pelanggan menjauh, taksudi lagi makan diwarung yang mereka dirikan, meski tidak secara terang terangan mengatakan, warga sekitar menolak kehadiran pedangang muslim didaerah mereka, ironisnya terkadang rasa benci warga bali, disertai dengan kekerasan terhadap Fuad dan Aziz, malahan Aziz pernah dihajar massa karena nekat berjualan didepan kantor Desa, akhirnya demi menyambung hidup, mau tak mau Fuad dan Aziz, harus meninggalkan Pulau Bali, karena suasana sudah tidak lagi kondusif, akhirnya sia sialah perjuangan mereka selama ini.


Pasca peristiwa Bom bali yang meluluh lantakkan beberapa daerah dikota bali pada tahun 2002 dan tahun 2005 lalu, ternyata tidak hanya meninggalkan rasa trauma mendalam bagi warga Bali namun juga meninggalkan sebuah rasa dendam kesumat yang berbuah rasa sentimentil terhadap pemeluk agama islam, diakui atau tidak beberapa kasus yang mengemuka akhir akhir seperti kasus diatas dan juga ratusan kasus yang lain, membuktikan bahwa, penduduk Bali masih menyimpan rasa dendam terhadap agama yang dipeluk sang pengebom. Berbagi macam bentuk teror dan intimidasi kerap kali diterima kaum muslimin diBali, mulai dari boikot Ekonomi, hinaan, makian, sampai dengan pengaiayaan berat. Namun sayangnya pemerintah setempat terkesan kurang apriori dan tanggap dengan kasus yang terjadi belakangan ini, bahkan terkesan buta mata. Tragisnya rintihan dan jeritan dari para muslimin yang mengadu nasib dipulau bali ternyata tak pernah disentuh oleh Pers, kuat dugaan antara Pemerintah, pihak yang berwajib dan Pers seakan-akan bersengkongkol untuk mengusir para pendatang dari luar daerah khususnya yang beragama islam untuk hengkang dari pulau Bali. Padahal mestinya Pemerintah bersama aparat terkait berusaha bahu membahu memberikan penyuluhan kepada masyarakat Bali tentang apa itu Teroris ? dan apa itu Islam?,

Dan sudah selayaknya warga Bali sendiri bisa memahami dan mengerti tentang perbedaan Teroris dan islam, supaya untuk langkah kedepan antar pemeluk agama tidak lagi ada kesalah pahaman yang dapat berakibat konflik horizontal dan dapat menggangu stabilitas Nasional.

Semoga Islam tetap Damai.

M. Arif Noer

* Terinspirasi dari sebuah surat “ jeritan hati” dari sahabatku, Ach. Khoiron. Kintamani Bangli Bali

Tulisan ini aku pasang di mading Hidayah tahun 2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar